Seseorang mengatakan pada saya
bahwa waktu akan melumat segalanya. Memangsa siapa yang tergesa dan menelan
siapa yang lambat. Saya tentu saja tak bisa memastikan apakah apa yang saya
lakukan ini tergesa atau terlambat, atau tergesa karena saya sudah terlambat.
Ini Ramadhan ketiga yang kami
(saya dan suami) lalui bersama-sama. Sebagaimana orang lain, kami juga
berharap hadiah “Ramadhan” ini bisa kami manfaatkan untuk menjadi pribadi yang
lebih baik lagi.
Kadang disela rutinitas dan
tetekbengek kehidupan yang melenakan dan melelahkan, saat rumah sepi, saat anak
tidur, kami seringkali berceloteh tentang diri sendiri. Tentang apa yang telah
sudah.
Siang ini kami tiba-tiba ingat tulisan lama, ingat bahwa dahulu proses
kreatif ini pernah kami jalani. Apa yang tersisa hanyalah setumpuk penyesalan
karena kami tak lagi melirik dan menjalani proses itu. Kami seperti tiba-tiba
terlecut, melihat tumpukan klipingan-klipingan koran, pesan-pesan di email, dan
file-file di laptop. "Kita pernah disini Da, ayo kita kembali pulang". Uda mengiyakan
saya. Dan disinilah kami sekarang, sedang memilah, membersihkan debu, menambal
yang berlobang, merapikan rumah karena sudah lama kami tinggalkan.
Proses ini akan dimulai, do’akan
kami agar semua berjalan seperti yang direncanakan.
----------------------------------------------
Jika sempat berkemahlah beberapa hari
Di tanah hening sajak-sajakku.
Mungkin aku bisa memasakkan
beberapa tanggal untuk kau kenang,
dan bisa ceritakan pada anak cucumu.
Sembari malam menjemput, unggun dikelilingi kata-kata.
Mungkin aku hanya bisa mangundangmu,
satu kali ini saja.
Menawarkan malam telentang,
menatap sajak-sajak terbang.
----------------------------------------------
Aku
Mengundangmu
Aku mengundangmu datang ke sudut
sunyi sajak-sajakku.
Mungkin beberapa saat menghabiskan waktumu,
untuk bercerita tentang akar rumput dan maut.
Juga gairah mengepal dari pulang
yang hanya terjanjikan.
Mungkin beberapa saat menghabiskan waktumu,
untuk bercerita tentang akar rumput dan maut.
Juga gairah mengepal dari pulang
yang hanya terjanjikan.
Di tanah hening sajak-sajakku.
Mungkin aku bisa memasakkan
beberapa tanggal untuk kau kenang,
dan bisa ceritakan pada anak cucumu.
Sembari malam menjemput, unggun dikelilingi kata-kata.
Mungkin aku hanya bisa mangundangmu,
satu kali ini saja.
Menawarkan malam telentang,
menatap sajak-sajak terbang.
Painan, November 2007
Puisi : Yuka Fainka
Puisi : Yuka Fainka