The Last Ember (sebuah novel)




Biodata Buku

Judul buku   : The Last Ember 
                         (sebuah novel)
Penulis          : Daniel Levin
Penerjemah  : Fahmy Yamani
Penerbit        : PT. Serambi 
                         Ilmu Semesta
Tahun terbit : 2010
Tebal buku   : 573 halaman

Adakah yang lebih mudah daripada belajar suatu hal tanpa merasa digurui, tanpa menyadari, ternyata kita sedang belajar?
----------------------------------------------------------
Pertanyaan ini terjawab setelah saya menyelesaikan halaman terakhir dari novel The Last Ember sore itu. Saya tiba-tiba terdiam beberapa saat, menyelesaikan keterpukauan saya atas apa yang baru saja saya alami. Saya seperti dihempaskan pada masa lalu sekaligus disuguhkan keajaiban sebuah sejarah yang telah dan sedang berlangsung.  Saya diombang-ambingkan sebuah alur, antara liarnya fiksi, hebatnya sebuah ilmu pengetahuan (dalam hal ini arkeologi) dan luar biasanya sebuah sejarah dan masa lalu. Saya benar-benar terpukau.
Adalah Jonathan Marcus, seorang pengacara muda yang brilian serta mantan mahasiswa program doktor, mantan pemenang Penghargaan Roma yang memukau, diminta terbang ke Roma untuk memeriksa sebuah kasus tentang potongan batu Forma Urbis, sebuah pecahan dari peta batu kuno Yerusalem 2000 tahun silam. Penelitian sang doktor kemudian menemukan sebuah rahasia yang mencengangkan di batu tersebut. ERROR TITI. Kesalahan titus (Sang kaisar Romawi). Sebuah pesan steganografi akhirnya mengembalikan kegairahan ilmiah yang telah lama terkubur dalam diri seorang Jonathan. Dr. Travia Emili, Deputi Direktur Pusat Konservasi Internasional di Roma, yang tak lain adalah “teman” masa lalu Jhon di Akademi ternyata adalah saksi pencurian Forma Urbis tersebut. Ia menyatakan bahwa ini adalah pencurian arkeologi di bawah Baitallah yang dilakukan oleh Dewan Wakaf, Badan Religius yang menangani komplek Baitallah di Yerusalem sejak tahun 1187.
Kasus ini akhirnya membawa mereka ke penggalian yang lebih dalam lagi. Pada penemuan jasad utuh Berenice, selir Titus dan Putri ningrat terakhir Yerusalem dengan tingkat pengawetan purba yang sempurna. Pada sebuah menorah yang nyala apinya tak pernah padam semenjak 2000 tahun lalu. Alangkah terkejutnya mereka saat menemukan bahwa bukan hanya sebuah jaringan inteligen masa lalu yang besumpah untuk melindungi artefak itu, tapi juga sekelompok radiakal misterius yang berencana untuk menghancurkan semua bukti sejarah dari Baitallah, Yerusalem. Plot yang menegangkan berisi gairah ilmu pengetahuan, jaringan inteligen, penghianatan, politik dan narasi sejarah yang memukau, membuat buku ini menjadi acuan dalam memahami dan mempelajari sejarah dengan cara yang berbeda.
Novel ini membuat kita mendefenisikan sejarah dengan lebih bijaksana. Penggambaran sejarah yang sangat lugas juga berisikan istilah-istilah dari sejumlah karya besar kuno dalam bahasa latin. “ Ventis maria omnia vecti, oramus”. “ Solvite corde metum”. “Menyeberangi lautan yang dilanda badai, kami mohon pertolonganmu”, “Kalau begitu, bebaskan hatimu dari rasa takut”. Sebuah kalimat dari Aeneid contohnya. Secara garis besar tak ada kelemahan dalam buku ini. Kita menemukan detail cerita yang menarik dari awal hingga akhir cerita. Selain alur cerita yang memukau, buku ini juga dilengkapi data fakta sejarah yang bisa dipertanggungjawabkan.
Selamat Membaca



No comments:

Post a Comment

MICROLEARNING DALAM PENDIDIKAN: SOLUSI UNTUK GENERASI DENGAN DAYA PERHATIAN PENDEK

  Makin kesini, sebagai dosen saya makin menyadari mahasiswa sekarang a.k.a GenZ memiliki rentang fokus yang semakin singkat. Awalnya, jadwa...