HIJAB PRINCESS

Teman-teman, kalian pernah nggak ngerasa terharu dan malu dengan kebaikan dan kesholeh/sholehahan seseorang?

Mungkin sudah sering aku mengalaminya, dan ini yang terbaru. Sebelumnya, aku tidak tau apa yang terjadi ini, mungkin kesannya sepele, tapi aku bahkan tidak tau mendefenisikan apa maksud kejadian tiba-tiba ini. Apa ini hadiah, apa ini rezeki nomplok atau ini reminder for myself.

Begini ceritanya, hari Kamis kemaren admin Hijab Princess nelpon aku.

“Assalamu’alaikum, benar ini dengan mbak Ilmita?”

“iya bener teh, ada yang bisa saya bantu?”

“mbak, ada keep orderan hijab princess ya? HDI wide square?”

“Nggak ada teh, terakhir aku order yang Aisha instant 3 pcs”

“Gini mbak, saat kami cek stok, ternyata ada keep-an atas nama mbak. Ini tuh udah lama banget mbak, kali aja mbak lupa, biar kami kirim ke mbak”

“seingat saya, semua orderan di Hijab Princess udah dikirim kok teh”

“nanti saya fotoin ya mbak, tolong “ping” ke whatsapp kontak ini ya mbak”

“Oke teh”


Dan aku kirim chat ke mereka.

“Assalamu’alaikum”

“Waalaikumsalam pRincess :). Mohon maaf kak, ini sama mba ilmita yah? ”

“Iya, bener”

 “Bentar ya mba nanti kami fotokan produk yg kk nya..kalau memang itu orderan mba nya, nanti kami kirim yah :)”

Dan mereka kirim foto barangnya.

foto Hijab dari HPc

“Waaah klo ini nggk ingat kaaak...kalau alamatnya Bandung, pasti udah lama banget tuh. Aku pindah dari Bandung ke Padang sekarang aja udah sejak tahun 2017. Klo alamat nya Bandung, berarti udah lama banget itu. Maaf ya kak, udah nggk bisa aku ingat lagi klo selama itu. Tapi seingat aku, semua orderan aku di Hijab princess udah dikirim semuanya”

“Ia kak mohon maaf banget, memang ini orderan lama kak. Takutnya memang gak kekirim atau bagaimana kak? Ini orderan pas awal HDI wide square warna sushi kak. Atau kalau gak, gini aja kak, takutnya memang gak melirik dan kakaknya sudah bayar. Nanti kalau order lagi, kami masukan barang yg HDI wide squarenya ya kak. Biar sama-sama enak gitu, takutnya memang itu barang punya kakak.”

“Klo menurut aku, bantu untuk di shodaqoh kan aja kak, ke yang lebih membutuhkan. Jikalau pun itu orderan aku, dan aku udah bayar, aku ikhlas. Jikalau pun bukan hak aku, aku nggak punya tanggungan apapun. Gimana kak? Soalnya aku juga takut itu bukan hak aku. Aku nggak punya bukti konfirmasi pembayaran untuk hijab ini.”

“Tapi mba kalau barang di keep, itu otomatis barang sudah mba bayar full”

“Takutnya gegara hijab yang nggk seberapa harganya, aku harus pertanggungjawabkan di hadapan Allah.”

“InsyaAllah gak kak, kami juga ikhlas kalau memang mba nya ke double. Kami juga khawatir barang yg menjadi hak mba, malah kami gak kirim. Gimana mba.. Soalnya prosedur keep barang, sudah membayar 100% mba”

“Ya sudah, bagaimana baiknya menurut kak Oja dan tim hijab princess aja kak”

“Jadi nanti kalau mba nya order kembali, tolong diingatkan ya kak takutnya kelupaan lagi. Jadi clear ya mba, kita sama2 islah yah, biar sama2 enak”

“Baik kak. Jazakillah Khoirul jaza yaa…”

Dan gitu deh ceritanya. Aku yang nggk ingat lagi dengan orderan beberapa tahun lalu itu, tiba-tiba ditelpon dan dichat klo aku punya keep-an. Yang setahu aku setiap beli di sana selalu dikirim. Lalu hari ini, Sabtu, barangnya nyampe ke rumah dianter kurir. 

HDI Wide Square HPc

Sebenarnya, Aku udah 8x beli hijab di olshop ini. Emang langganan dari tahun 2016 lalu, waktu mereka launching Aisha instant, jilbab bergo seperti yang lagi viral saat ini. Dulu tuh hijab gini dianggap aneh karna mirip mukena dan ada yang bilang mirip jilbab anak SD. Nah, setahu aku, Hijab Princess inilah pelopornya.

Dan bahan yang mereka gunain juga premium dan long lasting banget, Diamond Italiano asli. Adem, comfy, gak bikin budek dan nggak nerawang. Hijab Aisha instant yang aku beli tahun 2016 lalu, masih bagus banget sampe sekarang. Bagi yang follow Instagram aku, di postingan terbaru, aku pake hijab tersebut. 

Aisha instant

Aku ingat Ramadhan lalu saat orang-orang lagi beli baju lebaran di sebuah toko, aku mampir untuk beli Inner rajut bandana. Seseorang meraba hijab Aisha instant yang aku pake dan bilang, “Nah, ini kok bagus banget ya bahannya, warnanya juga bagus, ada nggk kak yang kayak gini?” katanya sama penjaga toko sambil megang bergo yang tersedia di toko tersebut.

Dalam hati aku bilang, “pasti nggak ada kak, soalnya cuma ada di Hijab princess kalau bahan yang beginian,,hehehe”

Dan tim mereka ini juga ramah dan sholehah banget. Kalian bisa liat dari chat percakapan kami di atas. Dan ownernya, juga Masya Allah, bagi kalian yang juga bagian dari Hijab Princess pasti tau banget dengan kesholehan pasangan ini. Jadi, bukan ngiklan yaaa…tapi aku ngerekomendasiin banget kalau kalian mau beli hijab yang bahannya bagus, tahan dipake lama (ampe tahunan), nyaman, nutupin dada, siap-siap deh rebutan di olshop ini, karna sekali launching produk mereka tuh nggak pernah sepi peminat.

-----------------------------------

Jadi, menurut kalian, Hijab yang barusan dateng ini, harus aku apain?

Aku pake sendiri? Atau aku sedekahin aja buat yang lebih membutuhkan?

Tulis pendapat kalian di kolom komentar yaah..

BELANJA ONLINE

Belanja online saat ini udah bukan hal baru lagi. Siapa sih saat ini yang nggak pernah belanja online? Kecanggihan teknologi benar-benar memanjakan kita untuk tinggal klik-klik aja dan semua yang kita mau diantar ampe ke depan pintu rumah. Pilihan pembayarannya pun beragam, bisa bayar dulu atau bisa bayar saat pesanan diterima (Cash on delivery). Apalagi saat pandemi begini, semua berasa lebih mudah dengan belanja online, nggak perlu ke mall, toko atau butik, nggk perlu ketemu dengan banyak orang dan nggak perlu ngikutin protokoler kesehatan. Cukup buka Instagram atau market place, lihat-lihat dan bayar. Namun, dibalik kemudahan yang ditawarkan oleh belanja online, ada beberapa hal minusnya yang musti kita pertimbangkan.  

Seperti aku sore ini, belanja baju couple dengan Zea di sebuah online shop langganan. Sebelumnya sudah ada beberapa baju couple kami yang diorder dari Olshop tersebut. Tapi kali ini, karena kurang teliti berkomunikasi dengan penjual, baju aku mau tidak mau harus dikirim balik ke penjual untuk diganti dengan yang sesuai maunya aku.

Bery set couple Zea dan Bunda

Ceritanya gini. Baju set yang aku pesan hanya ada gambar/photo untuk kids-nya, sedangkan untuk versi mom-nya nggak ada. Dan baju set ini sebenarnya adalah baju set yang lagi viral saat ini. Baju rumahan yang bisa dibawa jalan ke luar dengan motif Tie Dye gitu. Dan karena Olshop ini buka Pre Order juga buat set mom-nya, aku ikutan pesan biar couple sama Zea. Soalnya dari beberapa merk yang aku lihat, baju set ini nggak ada set couple untuk mom and kids. Karena emang lagi tren, jadi meskipun beda merk (dan bahan mungkin) model baju set ini cenderung sama. Lengan dan celana panjang, dengan panjang baju sampai di bawah pinggul. Di olshop tempat aku belanja ini, keterangan untuk baju set mom: MOM(MODEL SPT KIDS), MOM (LONG TOP&PANTS), ONLY TOP MOM, ONLY PANTS MOM, plus size (S-M dan L-XL). Dan aku pilihnya MOM (LONG TOP&PANTS) size L-XL, karena ini ukuran yang paling besar.

Pas paketnya nyampe, aku seneng bangeeet. Bahannya sesuai ekspektasi aku.  Bahkan suami juga suka dan bilang mau beliin aku lagi baju set model ini kalau bahannya emang sebagus ini. Dan karena alasan ini juga, olshop ini jadi langganan aku beli pakaian untuk Zea, bahkan aku juga menangin 2x Giveaway mereka loh. Cuttingan krahnya juga modis banget, beda dari yang lain. Lengannya juga wudhu’ friendly, penting banget buat muslimah seperti aku. Tapiiii, kenanya di panjang bajunya. Ternyata cuttingan bajunya ini Crop Top. Jadi pendek cuma ampe pusar doang. Yaaah, tentu saja nggak bakal kepake dong sama aku. Gerak dikit aja pusar langsung kliatan. Dan rasanya aneh banget kalau aku pake baju yang bikin kliatan bokong gitu, rasanya nggak pantes aja. Karna nggak ada keterangan tentang panjang baju, aku pikir bajunya bakal sama dengan baju set yang lagi tren itu. Tapi ternyata beda. Jadinya, terpaksa deh aku chat admin olshopnya. Dan dapat jawaban kalau masih bisa ditukar. Bajunya harus aku kirim lagi ke alamat mereka dan mereka akan kirim gantinya seperti yang aku costume.

Masih hari ini juga dan paketnya datang hampir bersamaan dengan paket baju set tadi. Aku order sprei ke temen. Kami sempat satu angkatan dulu waktu aku nyelesain S2 di Bandung. Aku order ke dia via WhatsApp dan dia ngirimin gambar promo spreinya ke aku. Aku suka dan aku order. Pas nyampe dan buka. Aku lihat sarung bantalnya dijait lurus aja (standar aja), padahal aku lihat di gambarnya kan ada jaitan pinggirnya tuh, jadi aku pikirnya akan sama seperti sprei aku sebelumnya.

Aku chat deh temen aku tadi, kalau spreinya udah nyampe dan ternyata sarbannya nggak seperti yang aku pikir. Temen aku itu jawab kalau dia lupa nginfoin kalau ini tuh model standar, jadi motifnya aja sama ama yang di photo sedang model tepiannya lurus. Kalau tau sarbannya kayak gini, aku kan bisa aja reques dengan nambahin biaya berapa lagi gitu kaaan. Soalnya ini juga costume (pre order juga sekitar semingguan). Tapi ya udah, nggk mungkin juga rasanya aku kirim balik seperti kasus baju set di atas. Biar jadi reminder aja kalau mau beli sprei tuh lain kali aku harus pastiin model sarbannya, hehehe.

Paket belanja online hari ini

Ya gitu deeeh, serba-serbi minusnya belanja online ya teman-teman. Tapi dengan hati masing-masing pembeli dan penjual yang lapang, semua minus dari belanja online sebenarnya bisa diselesaikan. Apalagi saat ini mudah banget akses buat komplen, return dll. Bahkan yang belanja di market place juga dikasih langsung form pengembalian barang. Kalau kita merasa tidak puas bisa kita kembalikan lagi produknya dengan mengikuti langkah-langkah yang mereka jelaskan.

So, kalau kalian masih doyan belanja online, atau nggak mau belanja online sama sekali?

Tulis di kolom komentar yaaaa..


Resensi IMPERIUM, Buku Pertama dari Trilogi Cicero



Biodata Buku
Judul buku      : Imperium (Buku Pertama dari Trilogi Cicero)
Penulis             : Robert Harris
Alih Bahasa     : Femmy Syahrani
Penerbit           : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit     : 2006
Tebal buku      : 376 halaman

----------------------------------------------------------
Apa yang terpikir dibenak kita saat mendengar atau membaca kata “Romawi”?.
Italia? gladiator? spartacus? aristokrat? dewa-dewi? politik? demokrasi? pemilu? sistem pengadilan? ruang sidang? hakim, pengacara, senator, Yulius caesar?
Dan….
Cicero?
Ya, buku ini layak dibaca karena semua hal yang terbesit di benak kita tentang Romawi dipaparkan dengan sempurna di buku ini, dengan kisah tentang Marcus Tullius Cicero sebagai sumbunya. Kisah ini, seolah diceritakan langsung –tentu saja dengan sangat elegan dan hangat- oleh seorang Tiro pada kita di samping sebuah perapian di rumah peternakannya, pada usianya yang sepuh. M. tullius Tiro, sekretaris Cicero yang bukan hanya juru tulis sang orator, dan asistennya dalam kegiatan penulisan, tapi lebih dari itu, diapun adalah penulis dengan reputasi yang patut diperhitungkan serta pencipta stenografi yang memungkinkan ucapan pembicara publik seperti Cicero dicatat secara lengkap dan benar, secepat apapun ia bicara.
Di sebuah pengadilan dalam mengadili Gubernur Sisilia, Gaius Verrres, Cicero mengakhiri pidatonya dengan kata-kata yang sungguh menggetarkan, yang kemudian disambut dengan sorak sorai gegap gempita oleh penonton dan berakhir dengan mendudukkannya dibahu mereka dan menderulah seruan “Cicero! Cicero! Cicero” membelah Langit Roma.
“Andaikan kau, Verres, menjadi tawanan di Persia atau daerah pelosok India, dan sedang diseret menuju hukuman mati, jeritan apa yang kau teriakkan selain bahwa kau warga Romawi? Jadi bagaimana dengan lelaki ini, yang kematiannya telah kau percepat? Tak bisakah pernyataan itu, pengakuan akan kewargaannya itu, menyelamatkannya selama sejam, sehari, sementara kebenaran dipastikan? Tidak, tidak bisa –tidak kalau kau yang duduk di kursi hakim! Padahal orang termiskin dari golongan terendah di negeri biadab manapun, hingga sekarang selalu yakin bahwa jeritan ‘aku warga Romawi’ adalah sebuah pembelaan dan perlindungan terakhirnya. Bukan hanya Gavius, bukan sekadar satu orang, yang kau paku pada salib penderitaan itu: melainkan prinsip universal bahwa warga Romawi adalah manusia merdeka!”

Buku ini akan membawa kita –seolah seperti mesin waktu- pada sebuah tempat bernama Roma untuk menyaksikan perjalanan seorang putra terbaiknya. Perjalanan seorang yang bukan bagian dari kaum aristokrat, yang dengan kemampuannya yang luar biasa mengantarnya pada sebuah jabatan impiannya, seorang konsul di Roma. Karir politiknya yang berisi jabat tangan, saling memunggungi, kisah yang disimak, kebosanan yang ditanggung, petisi yang diterima, lelucon yang dilontarkan, janji yang diberikan, dan tokoh setempat yang dibujuk dan disanjung.
Tiro, juga menceritakan pada kita dengan gamblang, bagaimana seorang Cicero muda, - yang menderita kelelahan saraf dan sedang berjuang mengatasi cacat alami yang besar, yang saat itu suaranya belum menjadi alat menggetarkan seperti di kemudian hari, hanya suara serak yang sesekali cenderung gagap, yang menderita insomnia kronis dan lemah pencernaan- mendaftar di sekolah Apollonius Molon, lalu menjejaki karirnya hingga menduduki jabatan konsul terpilih.
Ratusan orang mengincar kekuasaan tersebut, tetapi Cicero, adalah sosok unik dalam sejarah republik ini. Dia mengejar kekuasaan tanpa bantuan sumber daya apapun selain bakatnya sendiri. Dia bukan berasal dari keluarga aristokrat yang agung, dia tidak memiliki armada perang yang perkasa, dia tidak memiliki harta yang berlimpah. Yang dia miliki hanyalah suaranya yang dengan kekuatan tekad semata, dia mengubahnya menjadi suara paling termasyhur di dunia. Dengan kecerdasannya, dengan kekuatan suaranya, Cicero mempertaruhkan kasus-kasusnya –dan seluruh hidupnya- demi ambisinya meraih jabatan tertinggi di republik Romawi. Imperium yang sesungguhnya.



KARENA CORONA



Saya tidak tau harus memulai darimana tulisan ini. Entah kali yang keberapa saya berhasil menunda-nunda menulis tentang Corona, dan ternyata sudah masuk minggu ke-3 saja himbauan #dirumahaja dan #workfromhome digaungkan pemerintah kita.  

Kita semua tau, virus ini benar-benar “menjalari” hidup semua orang saat ini. Banyak dampak yang telah dia timbulkan. Duka cita, kehilangan, kelelahan, kepanikan dan sebagainya.

Semua berawal pada tanggal 31 Desember 2019, Komisi Kesehatan Kota Wuhan (China) melaporkan kepada WHO tentang mencuatnya secara signifikan kasus pneumonia dengan penyebab yang belum diketahui di Kota Wuhan, provinsi Hubei, China. 

Setelah ditelusuri lebih lanjut, penyebaran virus ini berawal dari salah satu pasar makanan laut di kota Wuhan. Selain makanan dan hewan laut, pasar ini juga menjual kelinci, ular, dan unggas lainnya. Oleh karena itu, awalnya para ahli menduga virus ini berkaitan dengan kasus SARS yang pernah mewabah di China tahun 2002 lalu.

Gejala umum yang ditimbulkan akibat infeksi coronavirus yaitu demam, batuk, dan kesulitan bernafas. Jika kasus yang dialami sudah parah, virus ini dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernafasan akut, kegagalan ginjal bahkan kematian.

Di awal tahun 2020, tepatnya pada 9 Januari, Chinese Center for Disease Control and Prevention mengumumkan bahwa telah ditemukan coronavirus baru (SARS-CoV-2) sebagai penyebab penyakit pernafasan yang sedang diderita oleh banyak warga Wuhan, yang kemudian disebut sebagai Covid-19.

12 Januari 2020, Pemerintah China mengumumkan kematian pria 61 tahun dari Wuhan yang terjangkit virus Corona tiga hari sebelumnya.

13 Januari 2020, Kasus pertama di luar negeri tercatat di Thailand. Temuan ini berasal dari seorang warga negara China yang sedang berpergian di negara tersebut.

16 Januari 2020, Kasus serupa terjadi di Jepang, yang pertama di negara itu. Seorang pria berkewarganegaraan China yang tinggal di Jepang dinyatakan positif terkena virus corona.

Pada 17 Januari 2020, situs resmi Imperial College London sebelum dipublikasikan dalam jurnal ilmiah mencatat, terdapat 1.700 kasus virus corona di China setelah melakukan perhitungan rinci.

20 Januari 2020,  Virus Corona menyebar. Dua pasien lagi terbukti positif di luar China, Korea Selatan dan Taiwan.

Sepekan setelah Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan ada kemungkinan penularan bisa terjadi antar-manusia, ahli kesehatan di China membenarkan virus itu menyebar dari manusia ke manusia.

21 Januari 2020, Amerika Serikat mengumumkan kasus pertama, seorang pria berusia 30-an tahun dari Negara Bagian Washington, yang baru pulang dari Wuhan.

22 Januari 2020, China mengatakan virus ini mampu beradaptasi dan bermutasi. Orang asing kedua terinfeksi di China, seorang warga Thailand. Kini ada empat kasus di Thailand.

23 Januari 2020, China mengumumkan tiga kota dikarantina, sekitar 20 juta warga dilarang keluar.

25 Januari, Dokter Liang Wudong (62) yang bertugas di Rumah Sakit Hubei Xinhua Wuhan, juga dikabarkan meninggal dunia karena virus Corona. Informasi itu disampaikan lewat pemberitaan stasiun televisi China Global Television Network.

Dihari yang sama, Pemerintah Malaysia juga mengumumkan 4 orang warga negaranya dipastikan terinfeksi virus Corona.

26 Januari, 56 orang meninggal di China karena virus corona. Lebih dari 2000 lainnya terinfeksi.

27 Januari, Korban meninggal dunia bertambah menjadi 80 orang.

Dan, laluuu, teruuus…. bergulir ke 152 negara lainnya di dunia, hingga Indonesia.

11 Maret 2020, WHO melalui Direktur Jenderal WHO Tedros Ghebreyesus di Jenewa, Swiss mengumumkan wabah Covid-19 atau virus corona (SARS CoV-2) menjadi pandemi global.

Jumlah pasien kasus corona di dunia, hingga Kamis (2/4/2020) pukul 15.49 WIB mencapai 938.565 kasus. Angka ini bertambah lebih 77.000 kasus sejak Rabu sore pukul 15.51 WIB. Kemarin sore, kasus yang terkonfirmasi berada di angka 861.113 Dari 938.565 orang yang positif terinfeksi Covid-19, 47.303 di antaranya meninggal dunia dan 195.397 telah dinyatakan sembuh.

Kabar baik, ini artinya lebih dari 22.000 orang dinyatakan sembuh sejak kemarin sore. Terdapat 203 negara dan wilayah di seluruh dunia yang telah melaporkan Covid-19. Selain itu, pandemi juga menyebar di dua transportasi angkut Internasional, yakni Diamond Princess yang bersandar di Yokohama, Jepang dan Kapal pesiar MS Zaandam Holland America.

Di Indonesia sendiri, tiga kasus positif pertama diumumkan secara resmi pada tanggal 2 Maret 2019. Mereka ini adalah warga Depok yang dikabarkan sempat melakukan kontak dengan turis Jepang yang sempat berkunjung ke Bali dan dinyatakan positif melalui sebuah tes di Malaysia. Sejak hari itu, kasus Covid-19 di Indonesia semakin terbuka. Pemerintah Indonesia mendapatkan desakan dari berbagai pihak untuk segera mengambil tindakan.

Hingga hari ini, Sabtu (3/4/2020), total ada 2.092 kasus Covid-19 di Indonesia. Angka ini bertambah 106 pasien yang dinyatakan positif virus corona dalam 24 jam terakhir.
1751 dirawat, 191 meninggal, dan 150 sembuh.

Data Pantauan COVID-19 Provinsi Sumatera Barat dengan Pembaharuan Terakhir : Jumat, 03 April 2020 Jam 13:17, adalah 3276  ODP, 71 PDP, dan 14 Positif.

---------------------------------------------------
Daaaan..kita semua tau, angka-angka diatas bukan hanya sekedar angka. Bukan sekedar gurauan statistika. Angka itu adalah “kita”, ya, kita dengan semua hal perihal yang melingkupi kita, dunia kita, kondisi sosial ekonomi kita, mental kita, pola pikir kita, yang jika dibeberin satu persatu, gambarannya bakal seperti anak panah atau paku yang menutupi permukaan virus corona itu sendiri.

Virus ini seperti ujian naik kelas buat umat manusia di bumi ini. Yang positif terinveksi, imunnya diuji. Jika kuat, maka akan sembuh, jika tidak maka akan kalah. Pemerintah sedang diuji, jika cepat tanggap, tingkat penyebaran virus akan cepat ditanggulangi. Jika tidak, maka pandemi akan tetap berlarut-larut dan semakin menyusahkan. Empati kita juga diuji. 
Sejauhmana kita sanggup berbagi untuk saudara yang terkena imbas corona. Sejauhmana kita bisa menahan diri untuk #dirumahaja dan sebagainya.

Sudah sebulan virus ini menyebar di negara ini. Minggu pertama kita semua panik, seperti tersentak tiba-tiba. Lalu minggu-minggu berikutnya kita mulai bergerak memeranginya bersama-sama. Pemerintah, tenaga kesehatan, ilmuwan, tokoh agama, dan kita semua bergerak bersama, berbuat apa yang kita bisa.

Minggu ke 4 ini, kampanye-kampanye untuk menshare berita baik semakin gencar dilakukan, pasien-pasien yang sembuh diberitakan, hal-hal baik tentang hikmah Corona dan aktivitas #dirumah aja juga memenuhi media sosial kita. Hal ini tentu saja bukan tanpa alasan. Semua orang ingin agar pendemi ini cepat berlalu. Dan kita semua butuh pikiran positif untuk mewujudkannya.

Yang pasti, semua hal-hal baik yang dianjurkan harus disiplin kita lakukan. Diminta social distancing, lakukan. Dianjurkan melakukan hygiene diri seperti mencuci tangan menggunakan air dan sabun lalu mengeringkannya, dan tidak menyentuh area wajah seperti hidung dan mulut dengan tangan kotor, lakukan. Diminta #dirumahaja kecuali urusan mendesak, lakukan.

Tulisan ini hanyalah sebuah catatan harian semata. Agar kelak saat lupa, kita bisa kembali mengenang dan belajar darinya. Karena Corona, bumi kita setidaknya bisa sedikit menghela nafas lega. Karena Corona, setidaknya kita makin menghargai banyak hal yang kita punya. Karena corona, setidaknya kita akan semakin menjaga kebersihan diri dan lingkungan kita. Karena Corona, akan banyak hikmah yang kita petik setelahnya.

Stay healty, stay safe and Stay at home. 🤗



PERIHAL MINGGU PAGI


Hari minggu kami dimulai saat selesai sholat subuh, saya membangunkan Zea dan Abaknya. Malam sebelumnya kami berjanji akan jogging pagi-pagi ke Pantai Carocok. Sebuah momen yang ditunggu-tunggu Zea setelah beberapa hari tidak bisa bermain keluar karena hujan terus mengguyur kota kecil ini setiap siang hingga sore. Kita akan pergi bermain sambil jogging besok pagi, tapi syaratnya jangan marah kalau dibangunin, begitu janji kami sebelum tidur.

Dan disinilah kami pagi-pagi memvideokan sunrise dengan fastmotion dan menemani Zea berendam dan bermain peran menjadi bajak laut dengan harta karunnya.

“Boleh berendam nggak bun?”, tanya Zea setelah duduk tanpa perasaan bersalah pada pakaiannya yang basah. Sambil tersenyum simpul, tentu saja saya bilang, “iyaaaa, boleh sayaaang”.
Bagi para orang tua, anak-anak mereka adalah harta yang sangat berharga dan mereka selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk buah hatinya. Dan kamipun tak ubahnya demikian. Kami tau pasti, tak ada satupun cara yang sempurna untuk menjadi orang tua yang baik. Setiap situasi itu unik, dan setiap orang tua melewati tantangan yang berbeda, mempunyai kemampuan dan keahlian yang berbeda, dan tentunya memiliki anak yang berbeda pula. Karena itu keputusan akan berbeda dan unik juga untuk setiap orang tua dalam membesarkan putra-putrinya. Dan kami memilih cara seperti ini melewati masa kecil putri kecil kami. Membiarkannya bereksplorasi. Memeluk dan menciuminya sesering mungkin, juga mengatakan bahwa kami sangat menyayanginya sepanjang waktu.

Kami tau pasti, bahwa masa-masa seperti ini tak akan berlangsung lama. Sampai usia berapa mereka mau dicium-cium dan dipeluk-peluk begitu? Hanya sampai usia berapa mereka bergelenjotan disekitar kita? Udah gedean dikit, ntar mereka malah malu sama teman-temannya kita cium dan peluk-peluk. Gedean dikit, malah waktunya bersama kita juga akan terbatas karena dia udah mulai punya dunianya sendiri. Hanya sampai berapa lama, kita menjadi pusaran dunia mereka? Nggak lama.

Karena itu bahagia dan beruntung sekali rasanya bisa menghabis hari-hari kami bersama Zea. Seperti hari Minggu ini.


Sepagi tadi, kami bermain di Pantai Carocok. Air laut sedang surut, sehingga karang-karang yang biasanya digenangi air terlihat muncul dipermukaan. Zea mengumpulkan baru-batu karang dan membuatnya menjadi harta karun bajak laut miliknya. Puas bermain di pantai, kami mendatangi kedai sate Kambang. Setengah porsi dengan daging kecil tanpa bawang untuk Zea, beberapa bakwan dan keripik ubi plus daging tanpa ketupat untuk Abaknya, dan satu porsi penuh dengan daging besar untuk bundanya,,hahaha, maklum bundanya butuk tenaga ekstra untuk menemani Zea bermain sampai dia terlelap siang nanti. :D
Sudah kenyang, dan saya pikir kami akan langsung pulang. Ternyata Uda membawa kami ke Pincuran Boga. Sebuah taman kecil dengan lapangan olahraga yang baru selesai dibangun. Awalnya, lapangan basket berada di samping taman Spora di depan masjid Akbar Baiturrahman, tempat Zea biasa bermain. Karena taman dipugar lebih luas, lapangan olahragapun di pindahkan ke Pincuran boga. Lapangan tenis, bulu tangkis dan basket terlihat segar dan berwarna-warni. Sekeliling pagar kawatnya dicat warna hijau dan Zea memanfaatnya untuk latihan rock climbing :D.
Uda meminjam bola basket dan memainkannya bersama Zea. Dan saya duduk dibawah pagar untuk memotret dan mem-boomerang-in mereka. Sebuah kesepakatan sepertinya sudah mereka buat. Membeli bola basket kecil berwarna pink dan baju basket kecil dengan warna yang sama dengan bola.

Saya menggantikan Uda bermain dengan Zea. Kami bermain engklek-engklekan. Kaki kanan Zea menginjak kaki kanan saya dan kaki kirinya diatas kaki kiri saya. Kanan, kiri, kanan, kiri, kami melangkah bersamaan sambil tertawa. Capek bermain engklek, kami lomba lari, dan tentu saja Zea pemenangnya. Saya membiarkannya menikmati waktunya di lapangan ini dengan menjadi pemenang.

Hampir siang, kami sepakat pulang. Di tempat makan sate tadi, Zea hanya makan sedikit, dan saya akan menyuapinya makan dengan nasi putih hangat dan telur dadar kesukaannya sesampai di rumah.

Beberapa saat setelah makan dan minum susu, Zea ditemani saya pulas di tempat tidur. Perihal hari minggu pagi, kami melewatinya dengan riang hati. 




MICROLEARNING DALAM PENDIDIKAN: SOLUSI UNTUK GENERASI DENGAN DAYA PERHATIAN PENDEK

  Makin kesini, sebagai dosen saya makin menyadari mahasiswa sekarang a.k.a GenZ memiliki rentang fokus yang semakin singkat. Awalnya, jadwa...