PENGERTIAN KURIKULUM

 

Jika pendidikan adalah jalan yang musti kita lalui menuju peradaban, maka kurikulum adalah rambu-rambu yang akan memandu dan memudahkan kita menuju tujuan. Sebagai rambu-rambu, kehadiran kurikulum membuat materi pelajaran yang tadinya sulit menjadi mudah diajarkan, mudah dipelajari oleh siswa, dan terukur pencapaianya oleh setiap siswa. Itulah sejatinya kurikulum. Dalam konteks itu pula, kurikulum bukanlah sekadar daftar materi pelajaran yang akan dipindahkan ke dalam diri anak, melainkan sebuah rancangan atau skenario yang memberikan ruang yang seluas-luasnya kepada setiap anak untuk mengembangkan potensi yang sudah ada dalam diri mereka.

Siapa sangka, track berbentuk oval yang digunakan untuk balapan chariot Yunani akan digunakan sebagai salah satu kata penting dalam dunia pendidikan di abad 21 ini. Track itu, atau curere yang berarti “tempat berpacu” dikemudian hari berubah menjadi kata curriculum, kata abstrak yang pada akhirnya menjadi jantung pendidikan kita. Yuk, cari tau lebih dalam tentang “jantung” ini.

Awalnya, kata “kurikulum” itu sendiri terdengar aneh dan ambigu. Karena dia berbeda dari istilah-istilah yang sudah populer dalam dunia pendidikan saat itu. Misalnya ada istilah administration (administrasi), instruction (pembelajaran), supervision (supervise/pengawasan), yang sangat sesuai dengan makna katanya. Administrasi adalah tindakan administrasi, instruksi adalah tindakan mengajar, dan pengawasan adalah tindakan mengawasi. Tapi bagaimana dengan istilah kurikulum? Tidak ada perbuatan mengkurikulumi.

Mendefenisikan kurikulum, tak bisa kita lakukan tanpa merujuk langsung pada pendapat-pendapat para ahli dibidang ini. Pencarian tentang makna kurikulum sebenarnya juga dilakukan oleh banyak ahli pendidikan.

Dulu, pada tahun 1976, Dwayne Huebner, seorang filsuf pendidikan dan ahli teori kurikulum mengatakan bahwa istilah kurikulum itu ambigu dan kurang tepat. Pada tahun 1988, Madeline R Grumet -akademisi Amerika dalam teori kurikulum dan teori feminis- mendefinisikan kurikulum sebagai ilmu pengetahuan yang membingungkan. Arthur W Forshay - direktur Biro Penelitian Pendidikan di Ohio State University- menggambarkan istilah kurikulum sebagai istilah yang kurang spesifik.

Saking rumit dan abstraknya istilah “kurikulum” itu sendiri, tak ada seorang pun yang dapat menggambarkan atau mendefinisikan secara gamblang tentang makna kata kurikulum. Hingga kemudian, kurikulum ditafsirkan (dinterpretasikan) pada beberapa tafsiran.

Meski secara alaminya kata kurikulum tidak berdefinisi pasti, namun telah melahirkan banyak tafsiran selama bertahun tahun. Tergantung dari keyakinan filosofis, tergantung orang yang menafsirkan, dan lain sebagainya.

Diantara tafsiran itu antara lain:

·      Kurikulum adalah apa yang diajarkan di sekolah

·      Kurikulum adalah seperangkat mata pelajaran

·      Kurikulum adalah konten

·      Kurikulum adalah program studi

·      Kurikulum adalah seperangkat materi

·      Kurikulum adalah urutan program

·      Kurikulum adalah seperangkat tujuan kriteria

·      Kurikulum adalah suatu program studi

·      Kurikulum adalah segala yang terjadi di sekolah, termasuk kegiatan tambahan, bimbingan dan hubungan interpersonal

·      Kurikulum adalah apa yang diajarkan baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah, namun diarahkan oleh sekolah

·      Kurikulum adalah segala sesuatu yang direncanakan oleh personel sekolah

·      Kurikulum adalah serangkaian pengalaman yang dialami oleh peserta didik di sekolah

·      Kurikulum adalah merupakan pembelajaran individu sebagai hasil dari belajar

 

Lalu bagaimana pandangan para ahli pendidikan professional menafsirkan kurikulum ini versi mereka? Mari kita preteli tafsiran para ahli akhir abad 20 dan awal abad 21 ini satu persatu.

Jhon Franklin bobbit (1876-1956), Bapak kurikulum, menyatakan kurikulum sebagai:

Serangkaian hal yang harus dilakukan dan dialami oleh anak-anak dan remaja dengan cara mengembangkan kemampuan untuk melakukan hal-hal dengan baik yang membentuk kehidupan orang dewasa, dan dalam segala hal menjadi orang dewasa yang seharusnya.

Dalam konteks ini, kurikulum merupakan sebuah perjalanan manusia menuju kedewasaan, yaitu manusia yang mampu berperan aktif menyelamatkan kehidupan dirinya dan masyarakat.

Hollis L. Caswell dan Doak S. Cambell melihat kurikulum bukan sebagai kelompok mata pelajaran tetapi sebagai “semua pengalaman yang dimiliki anak di bawah bimbingan guru”

Sedangkan Ralp W. Tyler menulis bahwa kurikulum mengarah pada “tujuan pendidikan”, yaitu mewakili jenis perubahan perilaku yang ingin diwujudkan oleh lembaga pendidikan pada siswanya.

Lalu Hilda Taba (1962), seorang pendidik yang luar biasa dan reformis kurikulum, menjelaskan bahwa kurikulum adalah plan for learning. Taba mendefenisikan kurikulum dengan membuat daftar unsur-unsur kurikulum itu sendiri. Taba menjelaskan bahwa setiap kurikulum secara global mengandung unsur-unsur umum, seperti tujuan dan sasaran, pilihan konten yang berbeda, pendekatan yang menginformasikan gaya belajar dan mengajar, dan diakhiri dengan metodologi penilaian untuk menentukan apakah tujuan terpenuhi.

Hilda Taba mempunyai pendapat yang berbeda dengan pendapat-pendapat para ahli lainnya. Perbedaan antara kurikulum dan pengajaran menurut dia bukan terletak pada implementasinya, tetapi pada keluasan cakupannya. Kurikulum berkenaan dengan cakupan tujuan isi dan metode yang lebih luas atau lebih umum, sedangkan yang lebih sempit lebih khusus menjadi tugas pengajaran.

Menurut Taba keduanya membentuk satu kontinum, kurikulum terletak pada ujung tujuan umum atau tujuan jangka panjang, sedangkan pengajaran pada ujung lainnya yaitu yang lebih khusus atau tujuan dekat.

Kontinum kurikulum dan pengajaran

Menurut Taba, batas antara keduanya sangat relatif, bergantung pada tafsiran guru. Sebagai contoh, dalam kurikulum (tertulis), isi harus digambarkan serinci, sekhusus mungkin agar mudah dipahami guru, tetapi cukup luas dan umum sehingga memungkinkan mencakup semua bahan yang dapat dipilih oleh guru sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa serta kemampuan guru. Kurikulum memberikan pegangan bagi pelaksanaan pengajaran di kelas, tetapi merupakan tugas dan tanggung jawab guru untuk menjabarkannya.

Namun sebuah pendekatan berbeda diambil oleh Robert M. Gagne dalam menafsirkan kurikulum. Bagi Gagne, kurikulum adalah sesuatu yang dapat mengaitkan antara materi pelajaran, tujuan pembelajaran, urutan konten pelajaran dan penilaian awal yang diperlukan oleh siswa ketika mereka mulai mempelajari materi pelajaran.

Mauritz Johnson, Jr., mendefinisikan kurikulum sebagai “rangkaian terstruktur dari hasil belajar yang diharapkan,” Johnson menganggap kurikulum sebagai “output dari ‘sistem pengembangan kurikulum’ dan sebagai input untuk ‘sistem pembelajaran’”. Menurut Johnson, Semua yang berkenaan dengan perencanaan dan pelaksanaan, seperti perencanaan isi, kegiatan belajar mengajar, evaluasi, termasuk pengajaran, sedangkan kurikulum hanya berkenaan dengan hasil-hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh siswa.

Lalu, Albert I. Oliver menyamakan kurikulum dengan program pendidikan dan membaginya menjadi empat elemen dasar:

·         Program studi

·         Program pengalaman

·         Program layanan

·         Kurikulum tersembunyi

Program studi, pengalaman dan layanan benar-benar dapat dilihat. Namun Oliver menambahkan konsep kurikulum tersembunyi yang meliputi nilai-nilai yang dipromosikan oleh sekolah, penekanan berbeda yang diberikan oleh guru yang berbeda dalam mata pelajaran yang sama, tingkat antusiasme guru dan iklim fisik dan sosial sekolah.

J. Galen Saylor, William M. Alexander dan Arthur J. Lewis menawarkan definisi ini :

“Kami mendefinisikan kurikulum sebagai rencana untuk memberikan kesempatan belajar bagi orang-orang untuk dididik”.

Seiring berjalannya waktu, kita akan melihat perluasan beberapa konsepsi interpretasi sekolah tentang kurikulum.

Ganeva Gay, menawarkan interpretasi kurikulum yang lebih luas. “jika kita ingin mencapai kesetaraan, kita harus memperluas konsepsi kita untuk memasukkan seluruh budaya sekolah, bukan hanya konten materi pelajaran”,  tulisnya.

Sebagai suatu program studi, D. Jean Clandinin dan F. Michael Connelly berpendapat bahwa kurikulum tidak lebih dari sebuah “jalan hidup” yang dipimpin oleh guru sebagai pembuat kurikulum.

Selanjutnya, Ronald S. Doll mendefinisikan kurikulum sekolah sebagai: “isi dan proses formal dan informal dimana peserta didik memperoleh pengetahuan dan pemahaman, mengembangkan keterampilan, dan mengubah sikap, apresiasi dan nilai-nilai di bawah naungan atau arahan sekolah”.

Berangkat dari definisi kurikulum sebagai “bahan sekolah “ William F Pinar, William Mreynolds, Patrick Slattery menggambarkan kurikulum sebagai “referensi simbolis”. Kata para penulis ini :

“Kurikulum dipahami sebagai representasi simbolik mengacu pada praktek-praktek kelembagaan dan diskursif, struktur, gambar, dan pengalaman yang dapat diidentifikasi dan dianalisis dengan berbagai cara, yaitu, politik, rasial, otobiografi, fenomenologis, teologis, internasional, dan dalam hal gender dan dekonstruksi.”

Apakah definisi telah berubah secara tertulis di awal abad ke-21?

Allan C. Ornstein dan Francis P. Hunkins menganggap kurikulum sebagai “sebuah rencana aksi atau dokumen tertulis yang mencangkup strategi untuk mencapai tujuan atau tujuan yang diinginkan”

Menekankan peran kurikulum dalam pertumbuhan berkelanjutan pada pembelajaran dan peserta didik, Daniel Tanner dan Lauren N Tanner mengusulkan definisi sebagai berikut: menganggap kurikulum sebagai rekonstruksi pengetahuan dan pengalaman yang memungkinkan pembelajar tumbuh dalam menerapkan kontrol cerdas atas pengetahuan dan pengalaman berikutnya.

Jon Wiles dan Joseph Bondi juga melihat "kurikulum sebagai tujuan yang diinginkan atau seperangkat nilai yang dapat diaktifkan melalui proses pengembangan yang berpuncak pada pengalaman bagi siswa.

Mac Donald berpendapat, sistem persekolahan terbentuk atas empat subsistem, yaitu mengajar, belajar, pembelajaran, dan kurikulum. Mengajar (teaching) merupakan kegiatan atau perlakuan profesional yang diberikan oleh guru. belajar (learning) merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan siswa. Sebagai respons terhadap kegiatan mengajar yang diberikan oleh guru. Keluruhan pertautan kegiatan yang memungkinkan dan berkenaan (lengan terjadinya interaksi belajar-mengajar disebut pembelajaran (instruction). Kurikulum (curriculum) merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Selanjutnya, James McKiernan melihat kurikulum “berkaitan dengan apa yang direncanakan, dilaksanakan, dipelajari, dievaluasi, dan diteliti di sekolah pada semua jenjang pendidikan.

Mengenai berbagai interpretasi kurikulum, Peter S. Hlebowitsh berkomentar, "ketika kita mulai berpikir tentang kurikulum sebagai istilah yang benar-benar profesional dan berbasis sekolah, sejumlah interpretasi yang berbeda tentang apa yang terdiri dari kurikulum ikut bermain”.

Nana Syaodih Sukmadinata menyebutkan bahwa “kurikulum merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar”

Terakhir, menurut UU no. 20 tahun 2003 Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Dari beragam tafsiran tentang kurikulum oleh para ahli di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa kurikulum secara sederhana dapat diartikan sebagai rangkaian mata pelajaran. Namun secara luas, pengertian kurikulum bukan hanya rangkaian mata pelajaran, tetapi mencakup semua pengalaman belajar yang dialami siswa dan mempengaruhi pribadi dan kehidupannya.



Bahan bacaan :

Oliva, Peter F. & William Gordon, II. 2013. Developing the Curriculum. Amerika: Pearson.

Parkay, F. dkk. (2010). Curriculum Leadership: Readings For Developing Quality Educational Programs. Boston: Pearson.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2000. Pengembangan Kurikulum Teori dan  Praktek. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya

UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 19


Libur 17an

"Kita jadi pergi Bun?"

"Coba tanya Abak dulu"

"Kita jadi pergi Bak?"

"Yuk"

"Yuk Bun, buruan. Ea makan di sana aja, nanti kita kesiangan perginya".

"No, Ea makan dulu sebelum pergi. Biar nanti Ea nggak sakit perut pas mandi-mandi"

------------------------

Sepenggal dialog itu mengawali pagi kami hari ini. Dari kemarin kami sudah berjanji pada Zea akan menemaninya mandi ombak di Pantai Bukit Ransam. 

Segera setelah Zea makan dan beres-beres, kamipun berangkat bertiga. 

Tak ada yang istimewa sepanjang perjalanan. Cuaca cerah, lalu lintas sepi, waktu yang pas sekali untuk pergi berlibur. Meski hanya pergi ke tempat wisata yang dekat saja, tapi Zea excited sekali karena mau main air laut. 

Bahkan dia sendiri yang berinisiatif untuk merekam vlog jalan-jalan kali ini. 

Setiba di lokasi, saya dan Zea turun dari motor di atas jalan. Pantai ini memiliki turunan yang cukup terjal, jadi kami memutuskan berjalan kaki menuruninya. Dan Abak sendirian memarkir motor di bawah. 

Tak ada siapa-siapa di pantai ini. Bahkan penjual yang biasanya menjual aneka makanan dan minuman untuk wisatawan pun sepertinya meliburkan diri. 

Agak rada-rada gimana sih sebenarnya, tapi kami tetap melanjutkan niat awal menemani Zea bermain ombak. 

Setibanya saja di pantai, Zea langsung menghambur ke sisi pantai dan main air. 

Saya menemani sambil merekamnya. 

Karna di sisi tengah pantai cekungannya agak dalam, Abak meminta Zea pindah ke sisi kanan pantai. Kamipun pindah dan Zea bermain ombak lagi sambil mencari kerangka kerang. 

Sesaat bermain, saya menyarankan gimana kalau kita ke sisi satunya lagi. Sepertinya di sana agak landai juga dan ada pohon untuk berteduh. 

Kamipun beranjak ke sisi sebelah kiri pantai. Saya merekam Zea yang sibuk mencari kerang dan Abak memotret dan meminta kami menoleh padanya.

Tak lama kemudian, Zea tiba-tiba berteriak. 

"Pulaaaang, pulaaaang, yuk kita pulang Buuun"

Bulu remang kamipun bergidik. 

"Ada apa sayang?"

"Pokoknya pulang, nanti aja cerita"

Zea histeris. Saya memeluknya dan membacakan ayat kursi ke ubun-ubunnya.

Kami bergegas menuju jalan tanpa membilas badan Zea di kamar mandi pantai. 

Kami memberi alternatif padanya, mau lanjut main ombak di pantai Carocok aja, atau pulang? Zea memilih pulang. 

"Pulang aja Bak, nggak usah ke Carocok, ntar siapa tau dia demam lagi. Pasti ada sesuatu di tempat tadi"

Kamipun sampai di rumah selang beberapa menit saja. 

Setelah mandi, saya membaluri Zea dengan minyak telon, memakaikan pakaian yang nyaman, memberikan kue dorayaki kesukaannya dan kemudian menanyainya. 

"Sini lihat Bunda, tadi Ea lihat apa? Lihat hantu?ada rupa sesuatu yang Ea lihat?"

"Nggak Bun, Ea cuma dengar suara aneh aja dan perasaan Ea nggak enak."

"Jadi bukan karna Ea lihat sesuatu? Tapi karna Ea mendengar suara yang aneh dan perasaan Ea nggak enak, gitu?"

Saya lanjut mengkonfirmasi apa yang terjadi padanya. 

"O syukurlah Ea nggak lihat hantu, mungkin suara yang Ea dengar suara siamang bercampur suara ombak, jadi terdengar aneh" 

Padahal kami sudah berkunjung beberapa kali di sana. Namun baru kali ini aura bergidik cukup berasa. Lokasinya seolah berubah suram. Ombak menghempas-hempas marah seolah menyuruh kami pergi karna mengganggu waktu istirahatnya. Mungkin kami diminta pergi agar ikut menyaksikan detik-detik proklamasi.

"Mungkin ombaknya marah, Bun. Karna kita pergi saat dia mau libur juga. Mungkin dia mau istirahat." 

Ungkap Zea menutup cerita.

77 TAHUN, MERDEKA SEUTUHNYA

77 Tahun Merdeka. Selamat Ulang Tahun Bumi Pertiwi, Nusantara, Tanah Air, INDONESIA tercinta. 

Meski baru 77 tahun merdeka, tapi negara besar yang membentang seluas 5.193.250 km² ini punya sejarah panjang dibelakangnya. Sejarah kerajaan-kerajaan hebat Nusantara yang masyhur dengan limpahan kekayaan alam yang mengiurkan siapa saja yang pernah bertandang. Dan karena kekayaan yang berlimpah itu pula, bangsa ini menjadi permata berharganya para penjajah yang serakah ingin menguasainya.

Sejarah sebuah bangsa besar yang dipenuhi dengan kebanggaan, keberagaman, kekayaan alam, juga penderitaan, darah dan air mata rakyatnya. Pun perjuangan untuk merebut kembali kemerdekaan itu, dipenuhi usaha-usaha berdarah para pahlawan bangsa. Bahkan setelah merdeka pun, dalam perjalanannya menjaga kemerdekaan, luka berdarah-darah bangsa ini tetap tertulis oleh tinta sejarah.

77 tahun merdeka. Sebagai rakyat Indonesia, kita tentu berharap bisa merdeka seutuhnya. Menjadi bangsa berdaulat yang disegani dunia, menjadi bangsa besar yang rukun damai dalam berbangsa, menjadi bangsa mandiri yang mengelola semua kekayaan dan sumber daya bangsa sendiri, dan menjadi negara makmur sejahtera tempat bernaung di hari tuuuuuua,,,hingga akhir menutup mataaaa…hehehe

Bagi ibu rumah tangga seperti saya, harapan dari kemerdekaan bangsa ini tak lepas dari makanan yang selalu tersedia di meja, harga bahan pokok yang stabil dan terjangkau, pendidikan putra-putri, kesehatan keluarga dan perlindungan anak yang terjamin.

Sebagai perempuan Indonesia, kemerdekaan buat saya adalah kesetaraan. Kesetaraan sebagai manusia, yang berarti penghormatan, memanusiakan, bebas dari segala bentuk penindasan, stereotip gender serta non diskriminasi pada perempuan. Kita bisa searching sendiri data statistik berapa banyak kasus kekerasan dan pelecehan seksual terhadap perempuan dan anak di negara ini. Padahal jika merdeka, seharusnya tidak hanya secara fisik terbebas dari kolonialisme, tapi juga merdeka secara lahir dan batin, bermartabat, memiliki kelayakan hidup, sejahtera, bebas dari ancaman, diskriminasi, dan kekerasan juga.

Disamping kesetaraan, bagi perempuan, sejatinya kemerdekaan tentu berarti banyak hal lainnya. Merdeka dari penyataan-pernyataan julid tentang standar kecantikan, merdeka dari toxic lingkaran pertemanan, merdeka dari pertanyaan : “udah umur berapa?kok belum nikah?” “Kapan menikah?” “Kapan punya anak?” “kapan nambah anak?” “anaknya kok kurus?” “kok nggak mau punya anak?” “kok begini? Kok begitu?”. Merdeka menentukan pilihan, merdeka membuat keputusan, Merdeka seutuhnya.

77 tahun. Semoga Republik tercinta jaya, merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

17 Agustus 2022, Dirgahayu Indonesiaku.

Pulih Lebih Cepat

Bangkit Lebih Kuat

CERITA ZEA 1

Alkisah, Beberapa hari yang lalu Zea bilang dia mau jualan di sekolah.

Aiih, ibu mana pulak yang tak senang liat anaknya yang bercita-cita jadi pengusaha. 

Zea : Klo udah besar, Ea mau jadi pengusaha Skincare, Bun. Punya cabang di 4 negara. Dan tiap-tiap negaranya punya 4 toko (read: cabang) juga. 

Bunda : Masya Allaaaaaaah, hebatnya anak Bunda. Aaaaaamiiiin Allahumma Aaamiin

Zea : Tapi sekarang Ea mau jualan di sekolah dulu.

-------------------

Walhasil, akhirnya Bunda order beberapa stiker Princess dan stiker kuku untuk Zea jual di sekolah. Modal per pcs stiker kuku, 3800. Bunda bilang, bisa Zea jual 5000.

Hari ini :

Zea : Bun, Bun, Bun, jualan Ea hari ini laku 1 buah. Di beli Elif. 

Bunda : Berapa ea jual?

Zea : 5 ribu.

Bunda : Good. Hebatnya Ea. Trus mana uangnya?

Zea : Naaah, gini ceritanyaaa...Setelah Ea dapat uangnya. Ea bilang gini sama Elif dan Ailen, kalian boleh jajan apa aja di kantin, asal nggak lebih dari 3 untuk Elif dan 2 untuk Ailen. Gitu Bun.

Bunda : Waaaah, pintarnya anak Bunda. Nraktir teman, semoga Ea dapat pahala dan dijauhkan dari api neraka yaaa...(Jangan tanya bahasa kalbu Bunda yaaaa..:D wkwkw)

Zea : Ia Bun. Kayak episode Nusa Rara yang nraktir teman itu ya Bun. Klo kita traktir teman, kita dijauhkan dari neraka sejauh 10 meter.

Bunda : Trus rugi dong?

Zea : Nggak papa rugi di dunia Bun, asal beruntung di akhirat.

--------------------------------------

Si Kecil Mau Mandi Hujan?BOLEEEEH…..Eh?

Hy Buuun, udah masuk musim hujan yah sekarang. Gimana kabar jemuran? Trus hawa-hawa gini bawaannya pengen ngemil yang hangat-hangat nggak siiih? Si kecil gimana, merengek buat mandi hujan nggak? Hehehe, namanya anak-anak yaaa..Seneeeng banget yang namanya maen air. Tapi sebagai Bunda, kita rada-rada khawatir juga saat anak minta izin buat mandi hujan. Takut mereka kedinginanlah, masuk anginlah, atau terjangkit suatu virus karena air yang kotorlah.

Trus, bagusnya gimana ya? Larang atau nggak niih?

Ternyata dibalik kekhawatiran kita sebagai orang tua, mandi hujan ternyata punya manfaat juga loh buat si kesayangan kita.


1.     Menstimulasi kemampuan fisik dan motorik anak.

Kalau udah mandi hujan, si kecil pasti “rusuh” ya Bun. Lompat-lompatan digenangan air, teriak-teriak, ketawa-ketawa, menari-nari, menadah air hujan dengan tangan, bolak-balik dari tempat teduh ke yang kena hujan, happy banget. Beragam aktivitas ini dapat mengasah kemampuan fisik dan motorik jagoan kecil kita loh.

 

2.    Merangsang Kreativitas dan Imajinasi.

Saat bermain hujan, si kecil terkadang juga bermain peran dan mengimajinasikan banyak hal. Terkadang ia akan bermain kapal dan sungai pada air yang mengalir. Terkadang merasa dirinya sedang di bawah guyuran air terjun tertinggi di dunia, menyanyi, dan menari. Aktivitas-aktivitas tersebut dapat merangsang kreativitas dan daya imaginasi si kecil.

 

3.    Mengasah kecerdasan naturalis dan menambah pengetahuan.

Mandi hujan membuat Si kecil memiliki koneksi terhadap alam dan berdampak positif untuk tubuh dan pikirannya. Dengan terkoneksi ia dengan alam, maka kecerdasan naturalisnya pun ikut berkembang. Pengetahuan anak juga akan berkembang. Misalnya saat kita membahas darimana asal air hujan, apa yang terjadi jika kita terlalu lama mandi hujan dan berbagai pertanyaan si kecil lainnya.

 

4.   Mencegah Obsitas.

Mandi hujan membuat anak kita banyak bergerak. Dengan banyak melakukan aktivitas fisik, buah hati kita InsyaAllah terhindar dari kelebihan berat badan yang akan berdampak pada kesehatannya kelak.

Waaah, lumayan banyak juga manfaat mandi hujan buat si kecil ya Bun. Disamping itu, saat anak-anak happy, Bunda-nya  juga happy.

Eits, tunggu dulu…

Ada yang perlu kita ketahui dan lakukan juga nih Bun, saat si kecil merengek minta mandi hujan. Apa aja yaaa…?

 

1.     Jangan di Hujan pertama.

Nah, soal yang satu ini sering banget para tetua kita juga ngingatin nih, jangan mandi hujan di hujan pertama yang turun setelah lama nggak hujan. Usut punya usut, ternyata alasannya hujan yang turun pertama kali adalah hujan yang berfungsi membersihkan polusi udara. Polusi udara, debu dan kotoran yang terbawa serta oleh air hujan, tidak bagus untuk kesehatan si kecil. Tunggu 3 atau 4 kali hujan dulu ya bun, biar udara bersih dulu.

 

2.    Pastikan si kecil fit dan daya tahan tubuhnya bagus.

Karena air hujan juga mengandung banyak bakteri, pastikan si kecil dalam kondisi fit dan kekebalan tubuhnya sudah cukup kuat menghadapi bakteri atau virus yang ada. Sebaiknya diizinkan mandi hujan setelah si kecil berumur 5 tahun ke atas. Meskipun belum ada penelitian tentang batas usia aman mandi hujan, namun rata-rata sistem imun anak, akan berkembang seiring usia mereka. Usia 5 tahun ke atas relatif lebih kuat dibanding di usia 5 tahun ke bawah.

 

3.    Tidak terlalu lama dan segera mandi air hangat serta mengganti pakaian

Setelah basah kuyup dengan riang gembira, saatnya mandi air hangat, dan mengganti pakaian dengan yang bersih. Saat mandi usahakan juga anak menggunakan sabun mandi anti bakteri ya Bun, agar kuman-kuman yang menempel di badan si kecil lenyap seketika. :D

 

4.   Beri asupan makanan yang hangat.

Hummmm….seru-seruan mandi hujan udah, mandi air hangat udah, ganti baju juga udah. Saatnya minum coklat atau susu hangat atau menyeruput mie atau pangsit kuah hangat. Beuuuh..indahnya dunia ya Bun, hehehehe. Setelahnya pasti mata jadi rada-rada merem melek tuh, persilakan si jagoan buat istirahat ya Bun.

 

Jadi kalau si kecil merengek minta mandi hujan, pastikan untuk melakukan tips-tips di atas ya Bun. Semoga Bunda dan si Kecil selalu sehat, bahagia, riang dan gembira.




MICROLEARNING DALAM PENDIDIKAN: SOLUSI UNTUK GENERASI DENGAN DAYA PERHATIAN PENDEK

  Makin kesini, sebagai dosen saya makin menyadari mahasiswa sekarang a.k.a GenZ memiliki rentang fokus yang semakin singkat. Awalnya, jadwa...