Libur 17an

"Kita jadi pergi Bun?"

"Coba tanya Abak dulu"

"Kita jadi pergi Bak?"

"Yuk"

"Yuk Bun, buruan. Ea makan di sana aja, nanti kita kesiangan perginya".

"No, Ea makan dulu sebelum pergi. Biar nanti Ea nggak sakit perut pas mandi-mandi"

------------------------

Sepenggal dialog itu mengawali pagi kami hari ini. Dari kemarin kami sudah berjanji pada Zea akan menemaninya mandi ombak di Pantai Bukit Ransam. 

Segera setelah Zea makan dan beres-beres, kamipun berangkat bertiga. 

Tak ada yang istimewa sepanjang perjalanan. Cuaca cerah, lalu lintas sepi, waktu yang pas sekali untuk pergi berlibur. Meski hanya pergi ke tempat wisata yang dekat saja, tapi Zea excited sekali karena mau main air laut. 

Bahkan dia sendiri yang berinisiatif untuk merekam vlog jalan-jalan kali ini. 

Setiba di lokasi, saya dan Zea turun dari motor di atas jalan. Pantai ini memiliki turunan yang cukup terjal, jadi kami memutuskan berjalan kaki menuruninya. Dan Abak sendirian memarkir motor di bawah. 

Tak ada siapa-siapa di pantai ini. Bahkan penjual yang biasanya menjual aneka makanan dan minuman untuk wisatawan pun sepertinya meliburkan diri. 

Agak rada-rada gimana sih sebenarnya, tapi kami tetap melanjutkan niat awal menemani Zea bermain ombak. 

Setibanya saja di pantai, Zea langsung menghambur ke sisi pantai dan main air. 

Saya menemani sambil merekamnya. 

Karna di sisi tengah pantai cekungannya agak dalam, Abak meminta Zea pindah ke sisi kanan pantai. Kamipun pindah dan Zea bermain ombak lagi sambil mencari kerangka kerang. 

Sesaat bermain, saya menyarankan gimana kalau kita ke sisi satunya lagi. Sepertinya di sana agak landai juga dan ada pohon untuk berteduh. 

Kamipun beranjak ke sisi sebelah kiri pantai. Saya merekam Zea yang sibuk mencari kerang dan Abak memotret dan meminta kami menoleh padanya.

Tak lama kemudian, Zea tiba-tiba berteriak. 

"Pulaaaang, pulaaaang, yuk kita pulang Buuun"

Bulu remang kamipun bergidik. 

"Ada apa sayang?"

"Pokoknya pulang, nanti aja cerita"

Zea histeris. Saya memeluknya dan membacakan ayat kursi ke ubun-ubunnya.

Kami bergegas menuju jalan tanpa membilas badan Zea di kamar mandi pantai. 

Kami memberi alternatif padanya, mau lanjut main ombak di pantai Carocok aja, atau pulang? Zea memilih pulang. 

"Pulang aja Bak, nggak usah ke Carocok, ntar siapa tau dia demam lagi. Pasti ada sesuatu di tempat tadi"

Kamipun sampai di rumah selang beberapa menit saja. 

Setelah mandi, saya membaluri Zea dengan minyak telon, memakaikan pakaian yang nyaman, memberikan kue dorayaki kesukaannya dan kemudian menanyainya. 

"Sini lihat Bunda, tadi Ea lihat apa? Lihat hantu?ada rupa sesuatu yang Ea lihat?"

"Nggak Bun, Ea cuma dengar suara aneh aja dan perasaan Ea nggak enak."

"Jadi bukan karna Ea lihat sesuatu? Tapi karna Ea mendengar suara yang aneh dan perasaan Ea nggak enak, gitu?"

Saya lanjut mengkonfirmasi apa yang terjadi padanya. 

"O syukurlah Ea nggak lihat hantu, mungkin suara yang Ea dengar suara siamang bercampur suara ombak, jadi terdengar aneh" 

Padahal kami sudah berkunjung beberapa kali di sana. Namun baru kali ini aura bergidik cukup berasa. Lokasinya seolah berubah suram. Ombak menghempas-hempas marah seolah menyuruh kami pergi karna mengganggu waktu istirahatnya. Mungkin kami diminta pergi agar ikut menyaksikan detik-detik proklamasi.

"Mungkin ombaknya marah, Bun. Karna kita pergi saat dia mau libur juga. Mungkin dia mau istirahat." 

Ungkap Zea menutup cerita.

No comments:

Post a Comment

MICROLEARNING DALAM PENDIDIKAN: SOLUSI UNTUK GENERASI DENGAN DAYA PERHATIAN PENDEK

  Makin kesini, sebagai dosen saya makin menyadari mahasiswa sekarang a.k.a GenZ memiliki rentang fokus yang semakin singkat. Awalnya, jadwa...