RAMADHAN 4D : ANTARA AQIDAH, SYARI’AH, AKHLAK DAN SOSIAL


H-2 menuju Ramadhan, hawa-hawa bulan puasa mulai tercium aromanya. Tak hanya mesjid-mesjid yang sudah mengadakan gotong royong bersama, pojok-pojok kotapun sudah dikapling oleh para calon penjual kelapa muda. Makam-makam sudah bersih dan beraroma bunga. Iklan sirup dan sarung sudah lalu lalang setiap membuka TV dan social media. 

Berbagai label fashion tanah air pun sudah mulai memborbardir costumer dengan koleksi-koleksi signature hari raya. Private view, fashion show, digelar dengan mengundang para pesohor sebagai muse dan pembicara. Open order dimulai, war koleksi raya sudah mulai naik temperaturnya. Kue-kue lebaran sudah mulai open pre order dengan beragam variasi bentuk dan rasa. Meski Ramadhan baru di depan mata. 

Puasa Ramadhan hakikatnya adalah perintah. Meski untuk kebaikan sendiri, sepertinya kita manusia ini harus diperintah dulu agar mau melaksanakannya.  Padahal inti dari ibadah ini buat kebaikan kita juga, untuk menjadi manusia yang bertaqwa dengan ganjaran yang tak terkira. 

Dengan puasa Ramadhan, diharapkan kita menjadi manusia bertaqwa. Dan siapapun yang bertaqwa maka Allah berjanji akan selalu mudahkan langkahnya, memberinya jalan keluar atas semua persoalan hidup, pelik maupun ringan. Mencukupkan dan memberi surprise rezeki dari pintu yang tak disangka dan diduga. 

Dalam dimensi aqidah, puasa Ramadhan adalah bentuk kepercayaan kita dalam mengimani sang Khaliq. Yang dalam sebuah hadist qudsi Allah sendiri yang mengatakan, “puasa itu untukKu, dan Aku sendirilah yang akan membalasnya”. Tuhan langsung loh yang balas, banyangin betapa besar balasannya. Nggak mungkin kaleng-kaleng dan mustahil abal-abal. 

Kepercayaan harus termanifestasi dalam perbuatan, dan syari’ahpun menyuguhkan peran disini. Puasa Ramadhan haruslah mengikuti tuntunan syari’ah dengan berbagai syarat, rukun dan ketentuannya. 

Orang yang berpuasa adalah orang yang sedang melatih dan mengendali dirinya. Bagai ulat yang membentuk diri dalam kepompong untuk kemudian menjadi kupu-kupu yang indah, Ramadhan juga diharapkan menjadi media untuk melatih diri menjadi manusia yang berakhlak mulia. 

Akhlak mulia, tercermin dalam interaksi kita dengan sesama. Disinilah dimensi sosial Ramadhan berada. Dengan mengerti bagaimana rasanya menahan lapar, Ramadhan melatih rasa empati kita pada sesama. Melatih sisi “manusia”-nya kita. 

Betapa sempurnanya Tuhan merunut semua itu untuk kita. 

Selamat menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan tuan dan puan, teman, sahabat, karib kerabat, handai taulan, sanak sodara. 

Semoga apa yang disemogakan terwujud hendaknya. Penuh rahmat, ampunan dan pembebasan dari sengitnya neraka. Apa yang kita tabur, dengan izinNya akan kita tuai pula. Happy Ramadhan Mubarak, Everyone.  


No comments:

Post a Comment

MICROLEARNING DALAM PENDIDIKAN: SOLUSI UNTUK GENERASI DENGAN DAYA PERHATIAN PENDEK

  Makin kesini, sebagai dosen saya makin menyadari mahasiswa sekarang a.k.a GenZ memiliki rentang fokus yang semakin singkat. Awalnya, jadwa...