RESENSI KOMSI KOMSA

Biodata Buku

Judul buku    : Komsi Komsa (Sebuah Novel)
Penulis           : E.S. ITO
Penerbit         : PT. Falcon
Tahun terbit  : 2021 
Tebal buku    : 350 halaman

Superman Is Dead-Sunset Di Tanah Anarki, lagu itu tiba-tiba nyaring berdendang di kepala saya menjadi sebuah soundtrack sepanjang membaca novel ini. Latar belakang tahun 1950-an yang melatari kisah Sam -tokoh kunci cerita ini- dengan beragam pertualangan berbahayanya serasa sangat familiar, seolah seperti menonton film tentang agen rahasia yang menegangkan, membuat jantung berdegub takjub.

Jika selama ini kita menonton film mata-mata dengan tokoh utamanya agen-agen terlatih CIA, FBI atau KGB, kali ini tokohnya adalah seorang pemuda yang gagal dalam sebuah misi pelatihan inteligen disebabkan berijazah palsu. Seorang pemuda Bandung yang dibesarkan oleh priyayi Jawa bernama Sampurasun, tapi bersikeras hanya menggunakan tiga huruf pertama saja sebagai nama panggilan sepanjang hidupnya, Sam.

Pertualangan Sam dimulai seperti sebuah keajaiban saat ia hendak mengakhiri hidupnya. Sepertinya ajal belum sudi menemui. Kesialan karena ketahuan memakai ijazah palsu malah mengantarkan Sam mendapat kesempatan untuk berkuliah di Amerika, di UCLA, berkat bantuan Ted William, seorang dokter yang dipekerjakan WHO untuk meneliti penyakit tropis di Kepulauan Pasifik.

Bukannya fokus pada kuliah dan menjadi ekonom hebat untuk negara yang masih ”bayi”,  Sam malah terlibat pertualangan-pertualangan berbahaya yang dekat dengan dunia bayang-bayang. Berkat sifatnya yang haus pertualangan dan tak bisa menahan diri itu pula, Sam akhirnya juga terlibat dalam aksi-aksi penyelundupan yang dilakukannya dibawah desingan peluru.

Sam yang hobi berjudi itupun pada satu ketika terjerat hutang pada mafia, yang membuatnya harus melakukan penyelundupan demi penyelundupan berbahaya. Narkotika, orang, senjata, bahkan pesawat tempur. Penyelundupan-penyelundupan yang diawali Sam sebagai bagian dari pelunasan hutangnya itu, ternyata tak menemui titik akhir. Penyelundupan yang dilakukan Sam yang dianggapnya bisnis perdagangan itu, ternyata punya peran sentral dalam berbagai perang saudara dan konflik-konflik yang terjadi di Vietnam, Tibet, Afrika Utara hingga Kuba.

Bahkan pada satu titik ”simalakama”, Sam harus melakukan sebuah trik dengan sahabat Jepang-nya untuk mengakali rencana pembunuhan Bung Karno. Sam tidak mau terlibat, tapi jika misi itu tak dijalankannya, resikonya Sam akan kehilangan orang yang dia sayangi dan hormati. ”Kita biarkan orang-orang melihat gunung Fuji meletus padahal hanya awan yang membumbung tinggi”, bisik Hiroki menyelamatkan Sam dari pilihan sulitnya.

Perjalanan-perjalanan berbahaya Sam tentu saja membuatnya menemui beragam jenis manusia dengan beragam ideologi dan kepentingan. Jalan mulus yang dilalui Sam dalam penyelundupannya, tak luput dari campur tangan ”teman-teman”nya yang sempat berhutang budi pada Sam.

Kisah hidup Sam yang menantang bahaya kelak juga mempertemukannya dengan seorang gadis cantik Djabela Rouge, buronan yang paling diinginkan jenderal-jenderal Prancis di Aljazair,  mata-mata Diaochabu – Inteligen China yang menyamar menjadi sekretaris delegasi India saat Konferensi Asia Afrika,  Agen Komunis jebolan Sorbone, Lalla Tamazight. Lalla yang awalnya memburu Sam sejak dari Bandung hingga Praha, akhirnya saling jatuh cinta di Aljazair. Perasaan itulah yang kelak akan membawa Lalla membebaskan Sam dari Rumah sakit jiwa Asylum Patton di San Bernardino.

Pertualangan Sam yang memicu adrenalin ini sangat layak untuk ”ditelusuri” juga dinikmati. Novel ini membawa kita keberbagai belahan dunia pada periode 1950-an, mengintip sudut-sudut dunia yang punya luka yang sama.

Comme ci, Comme ca. Komsi Komsa.

MICROLEARNING DALAM PENDIDIKAN: SOLUSI UNTUK GENERASI DENGAN DAYA PERHATIAN PENDEK

  Makin kesini, sebagai dosen saya makin menyadari mahasiswa sekarang a.k.a GenZ memiliki rentang fokus yang semakin singkat. Awalnya, jadwa...