Hari Santri 2024 : Menyambung Juang, Merengkuh Masa Depan

Assalamu’alaikum! Udah pada tau belum kalau tanggal 22 Oktober itu Hari Santri Nasional? Yup, hari spesial buat para santri di seluruh Indonesia. Kali ini, kita bakal ngobrol santai tapi serius tentang peran penting santri dalam membangun negeri kita tercinta. Tema tahun ini keren banget nih: "Menyambung Juang, Merengkuh Masa Depan". Jadi, yuk kita cerita bareng-bareng!

Sejarah Singkat Hari Santri

Sebelum kita nyemplung lebih jauh, ada baiknya kita flashback dikit ke sejarah Hari Santri. Tanggal 22 Oktober dipilih bukan tanpa alasan lho, guys. Tanggal ini punya makna historis yang kuat banget.

Pada 22 Oktober 1945, atau sekitar dua bulan setelah Indonesia merdeka, para ulama dan santri se-Indonesia yang tergabung dalam Nahdlatul Ulama (NU) mengeluarkan resolusi yang dikenal sebagai "Resolusi Jihad". Resolusi ini mengajak seluruh umat Islam untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Keren kan?

Nah, berdasarkan sejarah heroik ini, Presiden Joko Widodo menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015. Ini sebagai bentuk penghargaan atas jasa dan peran para santri dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Peran Besar Pesantren dalam Membangun Bangsa

Bicara soal santri, nggak bakal bisa lepas dari pesantren. Pesantren udah jadi bagian penting dari sejarah pendidikan di Indonesia sejak lama banget. Menurut data dari Kementerian Agama tahun 2022, ada lebih dari 27.000 pesantren di Indonesia dengan jumlah santri mencapai 4,8 juta. Wow, banyak banget ya!

Pesantren tentu saja bukan cuma tempat belajar agama. Pesantren punya peran besar dalam membentuk karakter dan kepribadian santri. Di pesantren, para santri nggak cuma belajar ilmu agama, tapi juga nilai-nilai kehidupan yang penting banget, kayak kemandirian, kedisiplinan, kepemimpinan dan kebersamaan dalam keberagaman.

Nah, yang bikin pesantren makin keren, mereka juga berkontribusi dalam menjaga keutuhan NKRI dan mempromosikan nilai-nilai toleransi. Pesantren mengajarkan Islam yang moderat dan sesuai dengan konteks keindonesiaan. Ini penting banget buat menjaga persatuan di tengah keberagaman Indonesia.

Kurikulum Pesantren: Antara Tradisi dan Modernitas

Ngomongin pesantren, pasti kepikiran dong soal kurikulumnya. Sebagai mantan santri dan dosen kurikulum, saya semangat banget nih membicarakan sub tema ini. Nah, yang bikin pesantren makin menarik, kurikulum pesantren tuh kombinasi antara pelajaran agama dan pelajaran umum. Keren kan?

Menurut data dari Kementerian Agama, sekitar 70% pesantren di Indonesia udah mengadopsi kurikulum yang memadukan ilmu agama dan ilmu umum. Ini artinya, selain belajar kitab-kitab kuning dan ilmu-ilmu keislaman, para santri juga belajar matematika, sains, bahasa asing, dan pelajaran umum lainnya. Jika berkunjung ke pesantren, kalian akan kagum ngeliat effort lebih yang dilakukan santri dalam mmpelajari kombinasi ilmu-ilmu tersebut.

Beberapa pesantren modern bahkan udah mulai mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran mereka. Ada yang pake e-learning, ada juga yang mulai ngajarin coding dan keterampilan digital lainnya. Ini buat memastikan para santri siap menghadapi tantangan di era digital.

Tapi jangan khawatir, meskipun ada sentuhan modernitas, pesantren tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional yang jadi ciri khas mereka. Pesantren Musthafawiyah tempat saya nyantri dulu contohnya, masih ngaji Kitab I'anatut Tholibin dengan metode pembelajaran bandongan -Ayahanda Guru membacakan, menerjemahkan, dan menjelaskan kitab, sedangkan santri mendengarkan dan mencatat- dan bahtsul masail. Bahtsul masail adalah metode pembelajaran yang melibatkan diskusi dan argumentasi untuk memahami hukum Islam. Dalam metode ini, para santri bebas mengajukan pertanyaan dan pendapatnya, dan kyai atau ustadz melakukan penilaian selama kegiatan berlangsung.

Tantangan Santri di Era Digital

Nah, sekarang kita masuk ke bagian yang seru nih. Di era yang serba digital kayak sekarang, tantangan yang dihadapi santri juga makin kompleks. Yuk, kita bahas beberapa di antaranya:

1.   Adaptasi Teknologi: Santri dituntut untuk bisa beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang super cepat. Mereka harus bisa memanfaatkan teknologi untuk mendukung pembelajaran dan dakwah, tapi tetap menjaga nilai-nilai keislaman.

2.   Hoax dan Informasi Menyesatkan: Di era informasi yang super cepat ini, santri harus punya kemampuan untuk memfilter informasi. Mereka harus cerdas dalam literasi digital agar bisa membedakan mana informasi yang benar dan mana yang hoax atau menyesatkan.

3.   Radikalisme Online: Internet bisa jadi sarana penyebaran paham radikal. Santri harus punya pemahaman agama yang kuat dan moderasi beragama yang baik untuk menangkal paham-paham ekstrem.

4.   Persaingan di Dunia Kerja: Santri harus siap bersaing di dunia kerja yang makin kompetitif. Mereka perlu punya skill yang relevan dengan kebutuhan industri.

5.   Menjaga Identitas: Di tengah arus globalisasi, santri punya tantangan untuk tetap menjaga identitas mereka sebagai muslim Indonesia yang moderat.

Peluang Emas buat Santri

Tapi jangan pesimis dulu, guys! Di balik tantangan-tantangan tadi, ada banyak peluang emas yang bisa dimanfaatin sama para santri. Nih, beberapa di antaranya:

1.   Start-up Berbasis Syariah: Perkembangan ekonomi syariah buka peluang besar buat santri untuk terjun ke dunia start-up berbasis syariah. Misalnya, bikin aplikasi fintech syariah atau e-commerce produk halal.

2.   Content Creator Islami: Era digital buka peluang buat santri jadi content creator yang menyebarkan nilai-nilai Islam dengan cara yang kekinian. Bisa lewat YouTube, Instagram, atau platform lainnya.

3.   Diplomasi Budaya: Santri bisa jadi duta budaya Indonesia di kancah internasional. Mereka bisa memperkenalkan Islam moderat ala Indonesia ke dunia.

4.   Industri Halal: Perkembangan industri halal di dunia buka peluang besar buat santri. Mereka bisa terlibat dalam pengembangan produk halal, dari makanan sampai kosmetik.

5.   Edutech Islami: Ada peluang buat santri untuk mengembangkan platform pendidikan Islam berbasis teknologi. Ini bisa jadi solusi buat pemerataan pendidikan Islam di Indonesia.

Menyambung Juang: Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Nah, setelah kita bahas semua tadi, pertanyaannya sekarang: terus kita bisa ngapain nih buat dukung para santri? Yuk, simak beberapa ide berikut:

1.   Dukung Produk Santri: Kalo ada produk atau jasa yang dihasilkan santri, yuk kita dukung! Beli produknya, pake jasanya. Ini bisa jadi bentuk dukungan konkret kita.

2.   Berbagi Ilmu: Buat yang punya keahlian khusus, misalnya di bidang teknologi atau bisnis, bisa sharing ilmu ke pesantren-pesantren. Bikin workshop atau pelatihan gitu.

3.   Kolaborasi: Buat yang punya bisnis atau proyek, coba deh kolaborasi sama santri atau pesantren. Ini bisa jadi win-win solution.

4.   Beasiswa: Kalo mampu, kenapa nggak bikin program beasiswa buat santri? Bisa dalam bentuk beasiswa pendidikan atau pelatihan skill tertentu.

5.   Spread Awareness: Share informasi positif tentang santri dan pesantren di media sosial. Ini bisa membantu mengubah persepsi masyarakat tentang santri.

Merengkuh Masa Depan: Visi Santri Indonesia

Kita udah bahas banyak hal nih, dari sejarah sampai peluang di masa depan. Nah, sekarang saatnya kita bayangin, seperti apa sih visi santri Indonesia di masa depan?

Santri Indonesia di masa depan adalah sosok yang:

1.   Berilmu dan Beriman: Punya pemahaman agama yang dalam, tapi juga menguasai ilmu-ilmu modern.

2.   Teknologi Savvy: Melek teknologi dan bisa memanfaatkannya untuk kebaikan.

3.   Entrepreneur Sejati: Punya jiwa wirausaha yang kuat, menciptakan lapangan kerja bukan cuma cari kerja.

4.   Diplomat Budaya: Jadi duta Indonesia di kancah internasional, memperkenalkan Islam moderat ala Nusantara.

5.   Agen Perubahan: Aktif berkontribusi dalam pembangunan bangsa, baik di bidang ekonomi, sosial, maupun budaya.

6.   Penjaga Toleransi: Menjadi garda depan dalam menjaga kerukunan dan toleransi di tengah keberagaman Indonesia.

Nah manteman, kita udah ngobrol panjang lebar nih tentang Hari Santri dan peran penting santri dalam membangun bangsa. Dari sejarah heroik di masa lalu, tantangan di masa kini, sampai peluang di masa depan.

Intinya, santri punya potensi besar untuk jadi motor penggerak perubahan di Indonesia. Dengan ilmu agama yang kuat, ditambah penguasaan ilmu modern dan teknologi, santri bisa jadi sosok yang "nyambung juang" para pendahulu sekaligus "merengkuh masa depan" dengan optimis.

Yuk, kita sama-sama dukung para santri untuk terus berkarya dan berkontribusi buat bangsa. Karena kemajuan Indonesia adalah tanggung jawab kita bersama. Santri maju, Indonesia jaya!

Gimana menurut kalian? Ada pengalaman atau pendapat tentang peran santri yang mau dibagikan? Yuk, share di kolom komentar!

 

Referensi:

1. Kementerian Agama RI. (2022). Statistik Pesantren Indonesia 2022.

2. Azra, A. (2020). Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan Milenium III. Jakarta: Kencana.

3. Dhofier, Z. (2019). Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia. Jakarta: LP3ES.

4. Lukens-Bull, R. (2018). Islamic Higher Education in Indonesia: Continuity and Conflict. New York: Palgrave Macmillan.

5. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 tentang Hari Santri Nasional. 

A Year in Reflection: Setahun Genosida Israel di Gaza

 

Tepat setahun yang lalu, pada 7 Oktober 2023, konflik Israel-Palestina kembali memanas setelah serangan Hamas ke wilayah Israel. Sejak saat itu, Israel melancarkan serangan balasan yang brutal ke Jalur Gaza, menimbulkan korban jiwa dan kehancuran masif hingga genosida. Menjelang 100 hari serangan, IDF terekam telah menjatuhkan lebih dari 45 ribu bom di Gaza dengan berat lebih dari 65 ribu ton. Jumlah itu telah melampaui kekuatan bom nuklir yang dijatuhkan Amerika Serikat ke Hiroshima pada 1945. Kantor media Palestina mendokumentasikan penggunaan sekitar sembilan bom dan rudal yang dilarang secara internasional oleh Israel terhadap warga sipil, anak-anak dan wanita. Bom-bom yang diidentifikasi oleh kantor tersebut termasuk “bom penghancur bunker (BLU-113), (BLU-109), (SDBS), tipe Amerika (GBU-28), dipandu oleh sistem GPS untuk menghancurkan infrastruktur, fosfor putih, bom pintar, dan rudal Halberd Gudum.”

Setahun berlalu, Per Oktober 2024, setidaknya 41.825 warga Palestina tewas dan 96.910 lainnya terluka. Dari total korban tewas, hampir 70% adalah perempuan dan anak-anak. Lebih dari 10.000 orang dilaporkan hilang, diduga terkubur di bawah puing-puing.

Penghancuran pendidikan

Per 27 Agustus 2024, Kementerian Pendidikan setempat melaporkan lebih dari 10.888 pelajar tewas, bersama dengan 529 guru dan staf administrasi. Total, 17.224 anak dan 3.686 guru terluka di Gaza. Lebih dari 718.000 siswa di Gaza telah mengalami gangguan dalam pendidikan mereka akibat perang, dengan total 456 sekolah, universitas, dan gedung universitas yang telah rusak atau hancur.

Kehancuran Infrastruktur

Serangan Israel telah menghancurkan sebagian besar infrastruktur vital Gaza:

  • Lebih dari 163.000 bangunan (2/3 dari total bangunan di Gaza) rusak atau hancur total.
  • 611 masjid dan 3 gereja hancur, 214 masjid lainnya rusak sebagian.
  • 206 situs arkeologi dan warisan budaya musnah.
  • 67% fasilitas air dan sanitasi hancur atau rusak menyebabkan penurunan 94 persen dalam jumlah air yang tersedia bagi penduduk Gaza.
  • Perkiraan biaya kerusakan pada infrastruktur penting di Gaza sekitar 18,5 miliar dolar AS (sekitar Rp288,6 triliun).

Krisis Kemanusiaan

Serangan dan blokade Israel juga telah menciptakan krisis kemanusiaan akut di Gaza:

  • 1,9 juta warga Gaza (85% populasi) terpaksa mengungsi.
  • Persediaan air menurun hingga 10-20% dari level sebelum perang.
  • 1 dari 5 warga Gaza menghadapi "tingkat kelaparan yang sangat parah".
  • Lebih dari 50.000 anak di Gaza sangat membutuhkan perawatan karena kekurangan gizi akut.
  • Setidaknya 36 anak meninggal akibat kekurangan gizi.
  • Lebih dari 1,73 juta orang terjangkit penyakit menular

Layanan kesehatan

Serangan terhadap layanan kesehatan mengakibatkan 765 orang tewas, mempengaruhi 110 fasilitas, serta 32 rumah sakit yang rusak dan 115 ambulans, termasuk 63 yang mengalami kerusakan.

Di Tepi Barat yang diduduki, termasuk Yerusalem Timur, terdapat 25 kematian dan 111 cedera, dengan 444 ambulans dan 56 fasilitas kesehatan yang terkena dampak serangan terhadap layanan kesehatan.

Dampak Ekonomi

Ekonomi Gaza tentu saja hancur akibat serangan Israel:

  • Kerugian ekonomi diperkirakan mencapai $33 miliar.
  • Tingkat pengangguran melonjak dari 45% menjadi 80%.
  • Dua pertiga lapangan kerja yang ada sebelum perang lenyap.

Ekosida: Penghancuran Lingkungan

Per Juni, biaya lingkungan untuk membangun kembali Gaza diperkirakan mencapai 60 juta metrik ton emisi karbon, menurut studi yang dilaporkan oleh Euronews dan diterbitkan di Social Science Research Network.

Emisi dari 120 hari pertama konflik telah melampaui emisi tahunan dari 26 negara dan wilayah, dengan Israel menyumbang 90 persen dari total tersebut.

Penilaian PBB menemukan bahwa armada lebih dari seratus truk akan memerlukan waktu 15 tahun untuk menghapus hampir 40 juta metrik ton puing-puing dari Gaza, dengan biaya operasi antara 500 juta dolar AS (sekitar Rp7,8 triliun) dan 600 juta dolar AS (sekitar Rp9,36 triliun), seperti dilaporkan The Guardian pada bulan Juli.

Penilaian itu menemukan bahwa tempat pembuangan besar yang mencakup antara 250 hingga 500 hektar akan diperlukan untuk membuang puing-puing tersebut, tergantung pada jumlah yang dapat didaur ulang.

----------------------------------------

Setahun berlalu sejak Gaza menjadi saksi bisu kehancuran yang begitu dahsyat. Di balik statistik dan angka korban, ada cerita tentang mereka yang setiap harinya berjuang dengan penuh keimanan
dan tetap memiliki harapan di atas reruntuhan.

Di tengah hiruk pikuk dunia yang sering kali abai, suara solidaritas harus terus kita gaungkan. Suara yang memberi tahu mereka di Gaza bahwa mereka tidak sendirian.

Tragedi ini adalah pengingat bagi kita semua: betapa berharga setiap kehidupan dan betapa pentingnya menyuarakan keadilan. Mungkin kita hanya bisa melangitkan do’a atau menyuarakan dukungan dari kejauhan, tapi bersama-sama, yang kita lakukan adalah dukungan-dukungan kecil untuk dunia yang lebih damai, lebih adil, dan lebih manusiawi. Untuk Gaza, untuk Palestina, dan untuk kemanusiaan.

MICROLEARNING DALAM PENDIDIKAN: SOLUSI UNTUK GENERASI DENGAN DAYA PERHATIAN PENDEK

  Makin kesini, sebagai dosen saya makin menyadari mahasiswa sekarang a.k.a GenZ memiliki rentang fokus yang semakin singkat. Awalnya, jadwa...