A Year in Reflection: Setahun Genosida Israel di Gaza

 

Tepat setahun yang lalu, pada 7 Oktober 2023, konflik Israel-Palestina kembali memanas setelah serangan Hamas ke wilayah Israel. Sejak saat itu, Israel melancarkan serangan balasan yang brutal ke Jalur Gaza, menimbulkan korban jiwa dan kehancuran masif hingga genosida. Menjelang 100 hari serangan, IDF terekam telah menjatuhkan lebih dari 45 ribu bom di Gaza dengan berat lebih dari 65 ribu ton. Jumlah itu telah melampaui kekuatan bom nuklir yang dijatuhkan Amerika Serikat ke Hiroshima pada 1945. Kantor media Palestina mendokumentasikan penggunaan sekitar sembilan bom dan rudal yang dilarang secara internasional oleh Israel terhadap warga sipil, anak-anak dan wanita. Bom-bom yang diidentifikasi oleh kantor tersebut termasuk “bom penghancur bunker (BLU-113), (BLU-109), (SDBS), tipe Amerika (GBU-28), dipandu oleh sistem GPS untuk menghancurkan infrastruktur, fosfor putih, bom pintar, dan rudal Halberd Gudum.”

Setahun berlalu, Per Oktober 2024, setidaknya 41.825 warga Palestina tewas dan 96.910 lainnya terluka. Dari total korban tewas, hampir 70% adalah perempuan dan anak-anak. Lebih dari 10.000 orang dilaporkan hilang, diduga terkubur di bawah puing-puing.

Penghancuran pendidikan

Per 27 Agustus 2024, Kementerian Pendidikan setempat melaporkan lebih dari 10.888 pelajar tewas, bersama dengan 529 guru dan staf administrasi. Total, 17.224 anak dan 3.686 guru terluka di Gaza. Lebih dari 718.000 siswa di Gaza telah mengalami gangguan dalam pendidikan mereka akibat perang, dengan total 456 sekolah, universitas, dan gedung universitas yang telah rusak atau hancur.

Kehancuran Infrastruktur

Serangan Israel telah menghancurkan sebagian besar infrastruktur vital Gaza:

  • Lebih dari 163.000 bangunan (2/3 dari total bangunan di Gaza) rusak atau hancur total.
  • 611 masjid dan 3 gereja hancur, 214 masjid lainnya rusak sebagian.
  • 206 situs arkeologi dan warisan budaya musnah.
  • 67% fasilitas air dan sanitasi hancur atau rusak menyebabkan penurunan 94 persen dalam jumlah air yang tersedia bagi penduduk Gaza.
  • Perkiraan biaya kerusakan pada infrastruktur penting di Gaza sekitar 18,5 miliar dolar AS (sekitar Rp288,6 triliun).

Krisis Kemanusiaan

Serangan dan blokade Israel juga telah menciptakan krisis kemanusiaan akut di Gaza:

  • 1,9 juta warga Gaza (85% populasi) terpaksa mengungsi.
  • Persediaan air menurun hingga 10-20% dari level sebelum perang.
  • 1 dari 5 warga Gaza menghadapi "tingkat kelaparan yang sangat parah".
  • Lebih dari 50.000 anak di Gaza sangat membutuhkan perawatan karena kekurangan gizi akut.
  • Setidaknya 36 anak meninggal akibat kekurangan gizi.
  • Lebih dari 1,73 juta orang terjangkit penyakit menular

Layanan kesehatan

Serangan terhadap layanan kesehatan mengakibatkan 765 orang tewas, mempengaruhi 110 fasilitas, serta 32 rumah sakit yang rusak dan 115 ambulans, termasuk 63 yang mengalami kerusakan.

Di Tepi Barat yang diduduki, termasuk Yerusalem Timur, terdapat 25 kematian dan 111 cedera, dengan 444 ambulans dan 56 fasilitas kesehatan yang terkena dampak serangan terhadap layanan kesehatan.

Dampak Ekonomi

Ekonomi Gaza tentu saja hancur akibat serangan Israel:

  • Kerugian ekonomi diperkirakan mencapai $33 miliar.
  • Tingkat pengangguran melonjak dari 45% menjadi 80%.
  • Dua pertiga lapangan kerja yang ada sebelum perang lenyap.

Ekosida: Penghancuran Lingkungan

Per Juni, biaya lingkungan untuk membangun kembali Gaza diperkirakan mencapai 60 juta metrik ton emisi karbon, menurut studi yang dilaporkan oleh Euronews dan diterbitkan di Social Science Research Network.

Emisi dari 120 hari pertama konflik telah melampaui emisi tahunan dari 26 negara dan wilayah, dengan Israel menyumbang 90 persen dari total tersebut.

Penilaian PBB menemukan bahwa armada lebih dari seratus truk akan memerlukan waktu 15 tahun untuk menghapus hampir 40 juta metrik ton puing-puing dari Gaza, dengan biaya operasi antara 500 juta dolar AS (sekitar Rp7,8 triliun) dan 600 juta dolar AS (sekitar Rp9,36 triliun), seperti dilaporkan The Guardian pada bulan Juli.

Penilaian itu menemukan bahwa tempat pembuangan besar yang mencakup antara 250 hingga 500 hektar akan diperlukan untuk membuang puing-puing tersebut, tergantung pada jumlah yang dapat didaur ulang.

----------------------------------------

Setahun berlalu sejak Gaza menjadi saksi bisu kehancuran yang begitu dahsyat. Di balik statistik dan angka korban, ada cerita tentang mereka yang setiap harinya berjuang dengan penuh keimanan
dan tetap memiliki harapan di atas reruntuhan.

Di tengah hiruk pikuk dunia yang sering kali abai, suara solidaritas harus terus kita gaungkan. Suara yang memberi tahu mereka di Gaza bahwa mereka tidak sendirian.

Tragedi ini adalah pengingat bagi kita semua: betapa berharga setiap kehidupan dan betapa pentingnya menyuarakan keadilan. Mungkin kita hanya bisa melangitkan do’a atau menyuarakan dukungan dari kejauhan, tapi bersama-sama, yang kita lakukan adalah dukungan-dukungan kecil untuk dunia yang lebih damai, lebih adil, dan lebih manusiawi. Untuk Gaza, untuk Palestina, dan untuk kemanusiaan.

No comments:

Post a Comment

MICROLEARNING DALAM PENDIDIKAN: SOLUSI UNTUK GENERASI DENGAN DAYA PERHATIAN PENDEK

  Makin kesini, sebagai dosen saya makin menyadari mahasiswa sekarang a.k.a GenZ memiliki rentang fokus yang semakin singkat. Awalnya, jadwa...