10 Tahun Ngeblog: Sebuah Perjalanan, Sebuah Cerita, Sebuah Hidup

 

Meski bukan penulis hebat dan terkenal, saya sebenarnya sudah mulai menulis sejak dibangku sekolah menengah di sebuah Pondok Pesantren terbesar di Sumatera. Transisi dari anak SD yang ”kecil” menjadi anak asrama yang banyak dinamikanya, membuat saya banyak mencurahkan pikiran dan perasaan pada tulisan. Saat tamat dari pesantren, puluhan diary sudah saya tulisi. Saat waktu luang, kadang saya membaca tulisan-tulisan itu kembali, dan mendapati diri saya menangis, tertawa, nelangsa dan kadang geli sendiri membaca tulisan-tulisan itu lagi. Mengingatkan hal-hal kecil dan besar yang telah saya lalui. Melihat kebelakang ternyata sudah sejauh ini perjalanan yang saya tapaki.

Saat internet mulai masuk dalam kehidupan perkuliahan saya, saya mencoba-coba menulis blog. Dan blog ini tentu saja bukan blog pertama saya. Ditulisan pertama saya diblog ini, saya pernah memention bahwa blog ini adalah blog ke empat saya setelah amnesia pada password blog-blog yang lama.

Tak ada yang special saat saya mulai ngeblog. Saya hanya menulis apa yang terasa ingin saya tulis. Saat memulai bikin blog baru lagi di 2015 lalu, saya juga tak punya ekspektasi apa-apa terhadap tulisan saya. Saya hanya ingin menulis agar tak lupa. Tak lupa bahwa saya pernah sendirian ke pameran buku Braga, tak lupa bahwa saya pernah menunggu dengan sepenuh hati agar bertemu dengan travel writer favorit saya dalam satu sesi diskusi, juga agar tak lupa bahwa saya pernah hujan-hujan naek angkot untuk pergi ke pasar seni ITB dengan seorang sahabat yang sekarang telah pergi ke sisi Ilahi. Yap, hanya itu alasan saya ngeblog.

Vakum? Tentu saja pernah. Semangat bercerita yang diawali niat baik itu tak serta merta membuat seorang Mita konsisten menulis. Banyak cerita yang tak terdokumentasikan, banyak kisah-kisah penting yang telah saya lewatkan. Jika kalian melongok ke sisi kanan blog ini, kalian akan melihat jeda panjang tahun-tahun yang tak terisi. Tulisan yang diawali di tahun 2015, baru tersambung lagi pada Hari Anak Nasional tahun 2019, saat saya sudah memiliki seorang putri berusia 3 tahun. Menyesal? Tentu saja! Banyak memori-memori yang sekarang tak saya ingat lagi. Banyak cerita yang sudah menguap begitu saja.

Perjalanan 10 tahun blog ini memang tak banyak prestasi. Hanya sekali saya mengikuti lomba blog dan menang juara 2. Saat itu Komisi Informasi Sumatera Barat menyelenggaran lomba artikel blog tentang keterbukaan informasi publik. Setelahnya? Ya tidak pernah lagi. 😆

Menulis itu bagi saya adalah healing dan eksistensi diri. Dengan menulis, saya merasakan keberadaan saya sebagai seorang “Mita”. Menulis juga punya sisi penyembuhan tersendiri bagi saya. Saya menulis apa saja yang terpikir dengan bahasa yang saya bisa, lalu saat membacanya kembali saya merasa ada yang lapang dan lega di dada saya. Menulis organik tanpa memikirkan SEO atau traffic, hanya tentang berbagi cerita, pengalaman dan sudut pandang dengan jujur membuat ngeblog terasa lebih deep dan bermakna.

Blog ini adalah pantulan dari perjalanan hidup saya. Seperti yang bisa teman-teman lihat di sini, tak ada yang sempurna. Ada celah, ada jeda panjang, ada cerita yang melompat dari satu topik ke topik lain. Begitulah hidup yang saya maknai, penuh warna, tak selalu beraturan, namun tetap layak dan menyenangkan. Setiap tulisan di sini adalah bagian dari proses saya memahami dunia, bertumbuh, dan berbagi dengan kalian.

Dalam perjalanannya, menulis bagi saya bukan hanya sekadar aktivitas pribadi, tetapi juga bagian dari tanggung jawab sosial. Dunia digital semakin berkembang, dan literasi digital menjadi semakin penting. Di era informasi yang serba cepat ini, menulis di blog bukan hanya tentang bercerita, tetapi juga menjadi bagian dari keberpihakan terhadap literasi digital yang sehat. Blog adalah ruang bebas untuk berbagi pemikiran, merekam sejarah kecil, dan memberikan perspektif yang mungkin bermanfaat bagi orang lain.

Dukungan terhadap komunitas blogger di Indonesia juga semakin berkembang. Salah satu yang berperan besar adalah dukungan ASUS, yang sejak tahun 2015 aktif mengadakan berbagai event baik online maupun offline untuk mendukung perjalanan para blogger. Dari workshop menulis, diskusi tentang teknologi, hingga acara peluncuran produk yang melibatkan para blogger sebagai media independen. Inisiatif seperti ini sangat berarti, karena membuka ruang belajar dan berbagi bagi para blogger di Indonesia, serta mengakui peran mereka dalam ekosistem digital yang terus tumbuh. Dan untuk saat ini, special thanks untuk laptop kesayangan saya ASUSVivobook Pro 14 OLED yang sudah membersamai perjalanan blogging ini.

Saya percaya bahwa setiap tulisan memiliki kekuatannya sendiri. Mungkin tidak terlihat langsung, mungkin butuh waktu lama untuk disadari, tetapi menulis adalah investasi. Satu tulisan yang kita anggap sederhana bisa saja menjadi penyemangat bagi seseorang di luar sana. Satu refleksi pribadi bisa saja menjadi titik terang bagi pembaca yang sedang mencari jawaban. Dan lebih dari itu, menulis bisa menjadi pengingat bagi diri sendiri, bahwa kita pernah ada di suatu titik, dengan perasaan dan pengalaman yang pernah begitu nyata.

Saya jadi ingat sebuah dialog dalam drama korea “Study Group” : “apa yang terjadi, saat kamu merebus air? Jawabannya adalah tidak ada yang terjadi. Air mulai menggelembung dan menciptakan peluang ketika mencapai titik didih. Tapi sepertinya tidak ada yang terjadi sampai saat itu. Jadi yang ingin kukatakan adalah sampai kamu mencapai titik didih, kamu mungkin berpikir tidak ada yang berubah sama sekali. Tapi jika kamu memberikan energi pada sesuatu secara konsisten, perubahan besar akan terjadi pada akhirnya. Entah itu air, atau belajar” (atau ngeblog 😁). 

Lalu Apakah saya akan terus ngeblog? Jawabannya, tentu saja iya. Blog ini sudah menjadi bagian dari hidup saya. Selama masih menulis, artinya selama itu saya akan selalu belajar. Selama saya masih belajar, artinya saya masih “hidup”. Saya menulis karena saya ada. Aiiih, plesetannya agak jauh ya :D

Kalau teman-teman masih ragu untuk ngeblog, atau mungkin pernah vakum dan ingin kembali, menulislah. Bukan untuk viral, bukan untuk sempurna, tapi untuk diri teman-teman sendiri. Blogging adalah perjalanan, bukan perlombaan. Kalian nggak harus punya banyak pembaca untuk merasa tulisan kalian berarti. Kadang, satu tulisan bisa mengubah hidup seseorang, termasuk hidup kita sendiri.

Jadi, mari menulis, mari berbagi. Karena setiap cerita layak untuk didengar, dan setiap pengalaman pantas untuk dikenang.



*Artikel ini diikutsertakan pada Lomba Blog 2015 ke 2025 Perjalanan Ngeblogku yang diadakan oleh Gandjel Rel

2 comments:

Milkcheese Strawberry: Manis, Creamy, dan Bikin Nagih!

Bulan Ramadhan selalu membawa suasana yang berbeda. Selain ibadah yang lebih khusyuk, momen berbuka puasa juga jadi saat yang paling dinanti...